Penulis
Intisari-online.com -Sungguh China yang malang, demi melawan mereka, Uni Eropa pun sudi berbaikan dengan Amerika Serikat.
Seperti yang terjadi baru-baru ini.
Uni Eropa dan AS mulai bekerjasama untuk menangkis kekuatan China.
Hal ini dilakukan Uni Eropa setelah China miliki perjanjian baru dengan negara-negara Asia-Pasifik.
Perjanjian perdagangan itu dilihat oleh pembuat hukum senior Uni Eropa sebagai 'upaya pemersatu' AS dan Uni Eropa.
Keduanya memang sama-sama khawatir dengan pertumbuhan pengaruh China yang terus membesar.
Manfred Weber, pemimpin Partai Rakyat Eropa, partai terbesar di Parlemen Eropa, juga memperingatkan Beijing dapat mengharapkan langkah-langkah pembatasan lebih lanjut jika perjanjian investasi yang komprehensif tidak disetujui oleh Uni Eropa akhir tahun ini.
Dikutip dari pembicaraannya kepada South China Morning Post, Weber mengatakan "jika kita melihat perjanjian perdagangan China Pasifik yang baru, RCEP, Eropa dan AS harusnya menganggap ini sebagai momentum menggabungkan kekuatan.
"Kita perlu penggabungan apa maksudnya 'Dunia Barat', kini dengan Joe Biden sebagai partner konstruktif, untuk hadapi tantangan melawan China ini, ini adalah pertanyaan penting dalam 10 tahun ke depan." ujarnya.
RCEP atau Regional Comprehensive Economic Partnership adalah perjanjian perdagangan yang ditandatangani China dan 14 negara Asia-Pasifik, termasuk Jepang dan Australia, beberapa hari setelah Joe Biden memenangkan pemilu AS.
Perjanjian itu menjadikan wilayah sebagai wilayah perdagangan bebas terbesar di dunia dan langsung melemahkan pengaruh AS di wilayah Pasifik.
Weber juga menyinggung masalah Hong Kong, di mana pembuat hukum dari pihak oposisi semakin dikekang oleh Beijing.
"China adalah musuh bagi ide Uni Eropa tentang cara hidup Eropa, bagaimana kami menentukan masyarakat kami berkembang seperti apa, terutama dengan perkembangan yang terjadi di Hong Kong," jelasnya.
Pernyataan Weber datang saat Uni Eropa bersiap bersekutu dengan AS melawan beberapa kebijakan China.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, ayang juga dari Partai Rakyat Eropa, sebelumnya memanggil "agenda transatlantik baru" yang merujuk AS bergabung dengan perjanjian iklim Paris dan Organisasi Perdagangan Dunia.
Ini kontras dengan tidak adanya komitmen dari Beijing untuk akses pasar bagi pebisnis luar negeri, hal yang membuat Uni Eropa kesal kepada China.
Weber menjanjikan harapan kombinasi ekonomi antara Uni Eropa dan AS, sembari menyebut sistem politik terpusat China adalah musuh bagi ide-ide Barat.
"Bersama-sama, Uni Eropa dan AS menyumbang PDB Dunia sebesar 50%," ujar Weber.
"Aku tidak akan menyetujui semua langkah konkrit yang diambil Donald Trump, tapi pendekatan umum, menjadi tegas, menggunakan kekuatan ekonomi AS dan memperjelas kepada Partai Komunis di China jika banyak hal berubah dan tidak ada lagi yang bisa dilakukan seperti dalam 30 tahun terakhir, adalah hal yang sangat benar.
"Aku berpikir Joe Biden tidak akan mengubah pendekatan umum dalam hal hubungan dengan China," tambahnya.
Minggu ini Biden mengatakan ia akan bekerja dengan sekutu AS untuk menentukan aturan perdagangan global.
Hal itu guna melawan tumbuhnya pengaruh China yang makin besar.
Namun ia menolak mengatakan apakah ia akan bergabung dengan perjanjian perdagangan China-Asia.
Terpisah dari bekerja dengan AS, Weber mengatakan penting bagi Eropa untuk membangun mekanisme perdagangan lebih kuat sebagai upaya mengkonfrontasi praktik perdagangan China.
Ia mengatakan dana miliaran Euro Uni Eropa untuk negara anggotanya tidak boleh masuk ke perusahaan-perusahaan China untuk konstruksi dan infrastruktur penting.
"Perdagangan Uni Eropa dan China sangat penuh dengan konflik, 65% dari pertahanan perdagangan dari Uni Eropa berhubungan langsung kepada China," papar Weber.
"Ini memberikanmu ide jika China adalah masalah terbesar kami dalam upaya Uni Eropa untuk mencapai hubungan perdagangan yang adil dan normal."
Uni Eropa terus-terusan laporkan tidak adanya kemajuan dari negosiator China saat deadline semakin mepet unuk meraih kesepakatan investasi akhir Desember mendatang.
Jika China gagal untuk memberikan janji konkrit, Weber mengatakan Uni Eropa harus mempertimbangkan melarang perusahaan China menawar sektor pengadaan publik Uni Eropa yang menguntungkan yang menyumbang 14% dari PDB blok itu.
"China harus memahami bahwa pembicaraan yang sedang berlangsung ini sangat penting karena mereka memberi kami gambaran apakah China siap mengikuti pendekatan kemitraan ini atau tidak," ujar Weber.
"Di satu sisi, ini adalah simbol apakah China siap untuk melangkah ke arah kami atau apakah mereka melanjutkan diplomasi agresif mereka di Eropa mengenai masalah seperti Taiwan atau situasi di Xinjiang.
"Jika kami tidak melihat kemajuan, segalanya akan menjadi lebih buruk."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini