Selain jaringan terowongan rudal balistik yang padat, China juga telah mengembangkan rudal presisi tinggi, memperluas "benteng bawah air" untuk menjadi platform bagi kapal selam nuklir yang dilengkapi dengan rudal balistik.
"Persiapan semacam itu telah membatasi dalam konflik AS-China bahwa salah satu pihak tidak akan dapat melakukan serangan destruktif di pihak lain," kata Wang.
Selain AS dan Rusia yang menerapkan doktrin militer ofensif pencegahan, China masih mempertahankan strategi "tidak ada serangan nuklir dulu".
Tetapi Chian tak segan akan melancarkan serangan, jika ada yang menyerangnya terlebih dahulu.
China saat ini memiliki sekitar 200-300 hulu ledak, sedangkan AS dan Rusia memiliki 4.000 hulu ledak.
Pada 2018, media pemerintah China menyebut "Tembok Besar Bawah Tanah" sepanjang 5,00 km yang membentang di seluruh negeri.
Berfungsi untuk melindungi, menyembunyikan, dan berfungsi sebagai tempat serangan pasukan rudal strategis.
Dalam video tersebut, rudal balistik antarbenua (ICBM) dipasang di kendaraan peluncur oleh tentara China dan bergerak melalui terowongan.