Telah Tampung 1,6 Juta Jenazah, Kuburan Terbesar Iran Kewalahan Tampung Lonjakan Jumlah Jenazah akibat Covid-19

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Intisari-Online.com - Pemakaman terbesar, Behesht-e-Zahra, di Iran mendapatkan peningkatan jumlah jenazah 2 kali lipat yang datang setiap hari, sebagai korban meninggal Covid-19.

Selama lebih dari setengah abad, pemakaman terbesar di tepi ibu kota Iran telah menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi korban perang negara ini, selebriti dan senimannya, pemikir, pemimpin negara, serta semua orang di antaranya.

Namun, Behesht-e-Zahra sekarang berjuang untuk mengikuti dampak dari pandemi virus corona yang melanda Iran, dengan dua kali lipat jumlah jenazah yang biasanya datang setiap hari dan penggali kuburan menggali ribuan plot baru.

"Semua krisis yang kami alami di pemakaman ini selama 50 tahun terakhir dalam sejarahnya hanya berlangsung selama beberapa hari atau paling lama seminggu," kata Saeed Khaal, manajer pemakaman seperti yang dilansir dari The Independent pada Rabu (11/11/2020).

Baca Juga: Coba Minum Air Rebusan Daun Kemangi Setiap Hari yang Direbus Selama 10 Menit, Niscaya Penyakit Mengerikan Ini Tak Akan ‘Mampir’ ke Tubuh Anda

Tidak pernah sebelumnya, tidak selama gempa bumi atau bahkan perang 1980-an di negara itu dengan Irak, memiliki kecepatan arus penambahan jenazah di Behesht-e-Zahra begitu tinggi untuk waktu yang lama, katanya.

“Sekarang kita sudah berada dalam krisis selama 260 hari, dan tidak jelas berapa bulan lagi kita akan menghadapi krisis ini,” ujarnya.

Luas 1.320 hektar, pemakaman ini telah menampung 1,6 juta jenazah di dalamnya.

Behesht-e-Zahra adalah salah satu kuburan terbesar di dunia dan yang utama bagi 8,6 juta orang Teheran. Behesht-e-Zahra atau "Surga Zahra" dalam bahasa Farsi, dinamai berdasarkan nama putri Nabi Muhammad.

Baca Juga: Buat Pecinta Tanaman Hias, Kenali 7 Tanaman Hias yang Sedang Populer Ini dan Kisaran Harganya, Jangan Kaget!

Menara emas mausoleum Ayatollah Ruhollah Khomeini adalah salah satu situs pemakaman pemimpin Revolusi Islam 1979 Iran, yang berada di sana.

Namun, pemakaman seluas ribuan hektar itu disebut tidak cukup besar untuk menampung korban meninggal virus corona, yang menyebar ke Iran pada awal tahun ini.

Suatu wabah terburuk di kawasan itu.

Iran telah melaporkan lebih dari 700.000 orang terinfeksi dan lebih dari 39.000 orang meninggal.

Baca Juga: ‘Istri Saya Ini Dulu Guru Fisika Saya’ Kisah Seorang Pria yang Sunting Mantan Gurunya Saat SMA, Ini Alasan Mempelai Wanita Saat Menerimanya

Dilaporkan di negara itu bahwa kematian akibat virus corona yang terjadi di Teheran, memberi tekanan pada pemakaman bersejarah itu.

Jauh melewati masa perang Iran dengan Irak dan para politisi, kuburan itu telah diperluas dengan area baru.

Para pemimpin Teheran mengumumkan pada Juni bahwa mereka sedang mempersiapkan 15.000 lahan kuburan baru di sana, atau sekitar 5.000 lebih luas daripada tahun-tahun biasanya.

Gambar satelit pada September, menunjukkan setiap liang memiliki cukup dalam untuk dapat menampung sebanyak tiga badan.

Baca Juga: Coba Rendam Ikan dengan Susu Sebelum Digoreng, Ini Keuntungan yang Akan Anda Rasakan Setelahnya

Setelah digali, setiap lapisan dipisahkan oleh lapisan tanah dan batu bata.

Meski tidak semua kuburan baru untuk korban virus corona, tapi sebagian besarnya liang disiapkan untuk jenazah itu.

Bagi Khaal, yang kadang-kadang disebut sebagai "mayor" dari pemakaman yang luas ini, kecepatan penambahan jenazah dikatakannya melampaui apa pun yang pernah dia lihat sebelumnya.

"Kami biasanya menerima antara 150 hingga 170 mayat setiap hari, tetapi saat ini ketika kami mengalami puncak kematian, kami menerima rata-rata 350 mayat," kata Khaal kepada The Associated Press.

Baca Juga: Istri Kedua Penyanyi Religi Ini Meninggal Dunia Setelah Keguguran, Nyatanya Makanan Ini Bisa Jadi Pencegahnya

Beban kerja yang luar biasa juga membebani karyawan pemakaman, kata Khaal.

Mayat korban virus corona dilaporkan tiba setiap hari dengan ambulans ke sana.

Tidak jelas bagaimana kuburan lain di Iran dapat mengatasi.

Pada Maret, pihak berwenang menangkap seorang pria karena mengunggah video online tentang mayat-mayat yang dibungkus kain kafan putih dan dimasukkan ke dalam kantong mayat hitam di sebuah pemakaman di kota suci Syiah Qom, menuduh mereka semua "terinfeksi korona."

Baca Juga: Cara Mengubah Pulsa Operator Menjadi GoPay, OVO atau DANA di HP Android

Para petugas di pemakaman itu mengatakan bahwa mereka segera dites Covid-19.

Selama pandemi virus corona, petugas kamar mayat mempersiapkan setiap jenazah untuk ritual pembasuhan yang diperlukan bagi orang Muslim yang meninggal, disertai penggunaan disinfektan.

Kemudian, seorang imam membacakan doa, sementara pelayat berdiri di atas kotak-kotak yang diberi jarak untuk menjaga jarak satu sama lain.

“Hari-hari ini saya melakukan sekitar 25 hingga 30 doa kematian (untuk korban Covid-19),” kata ulama Meysam Rajavi.

Baca Juga: Waspada Star Syndrome, Penyakit Tak Terlihat yang Bisa Menjatuhkan Mentalitas Juga Karier Pemain Sepakbola!

“Ada sekitar 12 dari kita yang berdoa untuk jumlah yang sama dari orang mati setiap hari."

"Ini angka yang besar,” ucap Rajavi.

Pelayat mengikuti jenazah ke kuburan, di mana petugas menggunakan masker, sarung tangan, dan baju sekali pakai untuk menurunkan jenazah tersebut ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Ratapan orang yang dicintai bergema di hamparan kuburan yang baru saja digali yang menunggu pemakaman berikutnya.

Baca Juga: Ampuh Banget, Begini Cara Mudah Usir Lalat Sampai Tak Akan Ballik Lagi, Kuncinya Cuma Pakai Bahan Dapur Ini

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kuburan Terbesar Iran Kewalahan Tampung Lonjakan Jumlah Jenazah akibat Covid-19"

Artikel Terkait