Find Us On Social Media :

Sejarah Timor Leste: Ribuan Orang Tewas dalam Kekacauan Usai Referendum Timor Timur Tahun 1999

By Khaerunisa, Rabu, 4 November 2020 | 19:39 WIB

Ribuan warga Kota Dili antre dalam pelaksanaan Referendum Timor Timur, 30 Agustus 1999.

Baca Juga: Minum Air Es Saat Menstruasi Bisa Sebabkan Kanker Serviks, Benarkah Demikian? Begini Penjelasan Dokter Cantik Ini!

Referendum Timor Leste Tak Mengakhiri Pertumpahan darah di Bumi Lorosae

Itulah sedikit cerita tentang bagaimana Timor Leste mencapai keputusan diadakannya referendum dan memisahkan diri dari Indonesia.

Namun, rupanya referendum Timor Leste tak menghentikan pertumpahan darah di Bumi Lorosae.

Segera setelah referendum dilakukan, justru kekacauan kembali terjadi di Timor Leste yang bernama resmi Republik Demokratik Timor Leste.

Mengutip Fotokita, setelah lebih dari 78% orang Timor memilih kemerdekaan dalam referendum yang hasilnya diumumkan pada 4 September 1999, milisi paramiliter pro-Indonesia yang marah menanggapinya dengan kekerasan.

Secara sistematis, mereka meruntuhkan kota, membakar bangunan, dan menyerang serta membunuh orang.

Baca Juga: Seorang Nelayan Pernah Bikin Panik Militer Amerika Gara-Gara Tak Sengaja Temukan Benda Rahasia Ini, Nelayan Itu Sampai Disadap dan Disogok Uang Rp41 Juta Oleh Militer AS, Memang Benda Apa Itu?

Sekitar 1500 warga Timor diperkirakan tewas dalam kekerasan itu, puluhan ribu meninggalkan rumah mereka ke gunung-gunung, dan pasukan Indonesia memaksa lebih dari 300.000 orang melewati perbatasan darat ke Timor Barat.

Kemarahan internasional memaksa pendirian INTERFET (International Force for East Timor atau Pasukan Internasional untuk Timor Timur.)

Itu dibentuk atas restu PBB dan dipimpin oleh Australia, pemain kunci dalam keputusan untuk campur tangan.

Kekacauan usai referendum Timor Timur berakhir usai kedatangan pasukan penjaga perdaiaman PBB.

Tidak ada pertanyaan bahwa INTERFET bekerja dengan baik, tetapi disebut keputusan Australia untuk pergi ke Timor Leste tidak hanya berprinsip ingin mengamankan kedaulatan negara tetangganya yang masih baru.