Find Us On Social Media :

Pengadilan Kena Tipu, Tersangka Penembakan Massal di Wina Pernah Disidang Karena Ingin Bergabung dengan ISIS, Mengaku 'Menghadiri Masjid yang Salah' dan Membuatnya Tersesat

By Mentari DP, Rabu, 4 November 2020 | 11:30 WIB

Kujtim Fejzulai, tersangka aksi penembakan di Wina, Austria.

Intisari-Online.com - Telah terjadi aksi penembakan di Wina, Austria pada Senin (2/11/2020).

Dilansir dari dailymail.co.uk pada Rabu (4/11/2020), tersangka bernama Kujtim Fejzulai dan dia menembak 4 orang.

Dan setelah kejadian penembakan itu, Fejzulai ditembak mati.

Siapakah Kujtim Fejzulai?

Baca Juga: Tak Banyak 'Cincong', China Ambil Kendali Lahan Seluas 30 Ribu Hektar di Wilayah Sengketa, Tepat di Perbatasan dengan India

Kujtim Fejzulai adalah seorang pemuda berusia 20 tahun dan punya sejarah kelam sebelumnya.

Di mana Fejzulai diklaim berhasil menipu para pejabat dalam persidangan.

Pada April 2019, Fejzulai dipenjara karena dia ingin melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

Saat itu, dia merasa telah mendapatkan cukup uang melalui pekerjaan musim panasnya pada tahun 2018 untuk membeli tiket pesawat ke Kabul, tempat dia telah mengatur untuk bertemu kontak ISIS.

Baca Juga: Demi Benamkan Narasi Positif tentang Covid-19 pada Anak-anak, China Rombak Kurikulum Sekolah yang Isinya Bisa Bikin Petugas Kesehatan yang Dibungkam Tersenyum Gentir

Baru setelah membeli tiket, Fejzulai menyadari bahwa dia membutuhkan visa untuk bepergian ke Afghanistan.

Pada 1 September 2019, Fejzulai tiba di Suriah sendirian.

"Dia menghabiskan dua hari di 'lubang tikus," kata Rudolf Mayer, pengacara pembelanya di pengadilan, dengan 'tanpa pancuran, tidak ada toilet, dan tidak ada air mengalir'.

Dia kemudian ditangkap oleh polisi setelah dua hari dan ditahan di Turki selama empat bulan sebelum diekstradisi kembali ke Austria, tempat di mana dia akan diadili.

Dalam persidangan, Fejzulai mengatakan telah disesatkan oleh 'masjid yang salah' pada tahun 2016.

Walau begitu, dia tidak merasa dirugikan untuk mulai belajar Islam saat tumbuh dewasa.

Ditanya mengapa dia mencoba bergabung dengan ISIS, Fejzulai itu mengatakan kepada hakim.

"Saya ingin pergi dari rumah. Saya mengharapkan kehidupan yang lebih baik," ucap Fejzulai.

"Saya ingin memiliki apartemen saya sendiri dan penghasilan saya sendiri."

Rudolf Mayer mengatakan kepada pengadilan bahwa Fejzulai telah mencela cita-cita ISIS-nya setelah penangkapannya.

"Bagaimana saya bisa mengubah ideologi seorang pelaku bom bunuh diri? Tidak dengan denda yang tinggi. Anda harus berubah pikiran," ungkap Rudolf Mayer.

Baca Juga: Militernya Tak Kalah Hebat dari Amerika, Rusia Kembangkan Rudal Balistik Nuklir, 'Mampu Tembus Target yang Sangat Terlindungi'

Pernyataan Fejzulai dan pengacaranya membuat dia dijatuhi hukuman dikurangi 22 bulan dan mendapat pembebasan lebih awal dari penjara pada Desember 2019 di bawah undang-undang remaja.

Pengadilan saat itu menilai Fejzulai tidak mampu melakukan serangan, menurut sebuah laporan.

Dan kini tentu semua pernyataan mengenai Fejzulai bisa dianggap salah.

Karenanya pemuda yang lahir dan besar di Wina itu merupakan salah satu dari 90 radikal Islam Austria yang dikenal intelijen.

Karena mereka ingin melakukan perjalanan ke Suriah, seorang editor surat kabar nasional mentweet pagi ini.

Dia memiliki darah Albania dan orangtuanya berasal dari Makedonia Utara,.

Polisi mengira dia tidak mampu merencanakan serangan di Wina, Klenk menambahkan.

Tapi dia tetap menembaki puluhan orang di pusat kota Wina yang membuat 4 orang tewas dan 17 lainnya luka-luka pada pukul 8 malam waktu setempat.

Berbekal senapan otomatis, pistol, dan parang, Fejzulai 'dinetralkan' pada pukul 8.09 malam setelah merampok di jalan-jalan dengan mengenakan sabuk bahan peledak palsu.

Sebelum kejadian, kepolisian Wina mengungkapkan bahwa Fejzulai sempat mengunggah foto di akun Instagram-nya sebelum serangan.

Dari foto itu, dia menunjukkan dua senjata yang tampaknya digunakannya.

"Tersangka dilengkapi dengan rompi peledak palsu dan dan senapan otomatis, pistol dan parang untuk melakukan serangan mengerikan terhadap warga yang tidak bersalah," kata wakil dari kepolisian Wina.

Baca Juga: Dikira China Sudah Siap Perang Sampai Perintahkan Warganya Timbun Makanan, Tak Disangka Perintah Itu Hanya Untuk Jaga-jaga Jika Hal Ini Terjadi