Advertorial
Intisari-Online.com - Bentrokan tanpa senjata antara tentara India dan tentara China di perbatasan menjadi awal mula permasalahan.
Saat itu, 20 tentara India tewas danmembuat hubungan kedua negara memanas.
Setelahnya, ketegangan antara kedua kekuatan berkobar selama musim panas di utara.
Bahkan adakekhawatiran akan pecahnya konflik militer yang berkepanjangan.
Alasannya kedua negara bertetangga dan menjadi negara dengan kekuatan militer terkuat di dunia.
China menempati urutan ke-3. Sementara India berada di urutan ke-4, tepat di bahwa China.
Nah, setelah berbulan-bulan pertempuran berdarah di sepanjang perbatasan Himalaya mereka, ada kabar mengejutkan datang dari China.
Dilansir dari9news.com.au pada Selasa (3/11/2020),China telah merebut sekitar 300sq / kms tanah dari India di daerah yang disengketakan itu.
area seluas 300sq / kms mungkin seukuran Kota Manhattan.
Hal ini menuru laporan The South China Morning Post.
Wilayah itu telah lama menjadi sengketa, meletus menjadi banyak konflik kecil dan pertengkaran diplomatik sejak perang berdarah antar negara pada tahun 1962.
Namun enam bulan terakhir telah meningkatkan ketegangan ke tingkat yang baru.
Kebuntuan di dataran tinggi antara raksasa Asia dimulai pada awal Mei dengan perkelahian sengit.
Lalu meledak menjadi pertempuran tangan kosong dengan pentungan, batu, dan tinju pada 15 Juni 2020 yang menewaskan 20 tentara India.
China diyakini juga mendapat korban, tetapi belum memberikan rincian apapun.
Pada saat itu para pejabat India menyadari bahwa tentara China telah membangun pangkalan di depan dan menduduki puncak gunung serta mengerahkan ribuan pasukan.
Penumpukan itu menolak akses India ke 250sq / kms di Depsang Plains dan 50sq / kms di Pangong Tso, kata pejabat India.
India dan China masing-masing telah menempatkan puluhan ribu tentara yang didukung oleh artileri, tank, dan jet tempur dan bersiap menghadapi musim dingin yang keras di wilayah gurun yang dingin, di mana suhu bisa turun hingga minus 50 derajat.
"Kami belum melihat pengerahan musim dingin yang diperluas sejak perang 1962," kata pensiunan Letnan Jenderal India D. S. Hooda.