Nagorno-Karabakh secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni dan dikendalikan oleh etnis Armenia.
Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet mengatakan serangan tanpa pandang bulu di daerah berpenduduk di dalam dan sekitar zona konflik melanggar hukum humaniter internasional.
Dia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa seruan berulang kali kepada Armenia dan Azerbaijan untuk menghindari hilangnya nyawa warga sipil dan kerusakan infrastruktur sipil tidak diindahkan.
“Sebaliknya, rumah-rumah hancur, jalanan menjadi puing-puing, dan orang-orang terpaksa mengungsi atau mencari keselamatan di ruang bawah tanah,” katanya.
"Serangan seperti itu harus dihentikan dan mereka yang bertanggung jawab untuk melakukannya, atau memerintahkannya, harus dimintai pertanggungjawaban."
Lalu pada Jumat lalu di Jenewa, kedua negara diminta menghindari penargetan warga sipil yang disengaja.
Namun hanya beberapa jam setelahnya, Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh sekali lagi menuduh satu sama lain melakukan penembakan di daerah pemukiman.
Mengutip data dari kedua sisi konflik, Bachelet mengatakan sekitar 40.000 Azeri telah mengungsi.
Sementara akibat pertempuran terakhir sementara sekitar 90.000 etnis Armenia telah melarikan diri dari Nagorno-Karabakh dan saat ini berada di Armenia.