Find Us On Social Media :

Beda Cara China dan Amerika dalam Dekati Indonesia, Ternyata Amerika Dianggap Lebih Suka Pakai Otot, Sementara China Lebih Halus Menggunakan Otak

By Afif Khoirul M, Selasa, 3 November 2020 | 11:47 WIB

Foto tangkapan layar Donald Trump dan Xi Jinping berjabat tangan.

Dalam perjalanannya ke Yunnan, China, Pandjaitan juga mendapatkan hampir 20 miliar dollar AS dana dari perusahaan China.

Rencananya untuk membangun pabrik baterai lithium dan industri pengolahan nikel, kata penasihat itu, dikutip dari Japan Times.

Bulan depan, pejabat senior pemerintah mengatakan Indonesia diperkirakan akan menandatangani pakta perdagangan terbesar di dunia Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional yang melibatkan negara-negara ASEAN dan China, tetapi tidak dengan AS.

Sementara itu, AS telah meninjau status perdagangan preferensial Indonesia, dengan waspada.

Selain itu pejabat dan analis Indonesia mengatakan pemerintahan Trump telah membuat beberapa kesalahan diplomatik sendiri di Asia Tenggara.

Ini dimulai pada 2018 ketika Trump tidak menghadiri KTT AS-ASEAN.

Pada 2019, ia mengirim penasihat keamanan nasionalnya, seorang anggota pemerintah yang relatif junior, mendorong tujuh dari 10 pemimpin kawasan itu untuk memboikot acara tersebut. Washington belum menunjuk duta besar untuk ASEAN sejak 2017.

Connelly mengatakan retorika konfrontatif Pompeo ia menggambarkan Partai Komunis China sebagai "ancaman terbesar" bagi AS membuat negara-negara Asia Tenggara kurang bersedia bekerja sama dengan Amerika Serikat.

"Dia membuatnya tentang AS versus China, daripada apa yang China lakukan terhadap Asia Tenggara," katanya.

Dino Patti Djalal, duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat dari 2010 hingga 2013, mengatakan "retorika agresif anti-China" Pompeo, sebagian, menargetkan audiens politik domestik ketika pemerintahan Trump mencoba untuk mengalihkan kritik terhadap penanganannya terhadap virus corona.

Dorongan Trump untuk menjadikan China sebagai penjahat karena virus yang berasal dari sana tidak beresonansi dengan pemerintah Asia Tenggara, katanya, sementara diplomasi vaksin China dan pemulihan ekonomi awal akan membantu Beijing secara strategis.

"China dengan cerdas dan strategis menggunakan krisis COVID untuk memajukan hubungan mereka (di kawasan)," katanya.

"Mereka menonjolkan tema yang selalu mereka dorong: Ketika ada kesulitan, China, bukan AS, yang dapat Anda andalkan," katanya.