Tidak terhindarkan, pemilu AS besok bisa jadi timbulkan kekacauan baru.
Menjelang referendum tentang kepresidenannya ini, Trump berulang kali menolak untuk berkomitmen dengan tegas untuk menerima hasilnya.
Ia telah menggunakan serangan-serangan kepadanya untuk mencoba mendelegitimasi pemungutan suara melalui surat.
Trump bahkan gunakan cara mendominasi Mahkamah Agung AS menjadi mayoritas konservatif 6-3 setelah konfirmasi calon hakim baru, Amy Coney Barrett, akan campur tangan dan bisa saja memberikannya masa jabatan kedua.
Hasil poling opini terbaru tunjukkan kemenangan nyata bagi kandidat Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden.
Namun ajang pemilihan presiden ini kemungkinan akan menjadi lebih ketat, dan bahkan jika Trump tertinggal dari Biden dalam suara populer secara keseluruhan, hasil dari poling negara bagian yang akan menentukan pemenang Presiden AS selanjutnya.
Hal itu menimbulkan celah bagi Trump dan Partai Republik, untuk menggunakan kendali mereka atas banyak tuas kekuasaan untuk tetap ada di Gedung Putih.
Memang banyak skenario penuh mimpi buruk dari pemilu 3 November mendatang, yang tentunya akan merusak demokrasi AS secara permanen.
Namun hal itu bisa menjadi hal yang paling membahagiakan bagi Partai Komunis di China.