Penulis
Intisari-online.com -Kekejaman yang terjadi di Xinjiang terhadap pada kaum etnis minoritas salah satunya Muslim Uighur telah memaksa para penduduk melarikan diri dari rumahnya.
Muslim Uighur, yang secara sejarah masih satu bangsa dengan warga Turki, selalu berusaha melarikan diri ke negara yang dipimpin oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan tersebut.
Namun hal tersebut bukan perkara yang mudah.
Pertama, mereka tidak bisa langsung saja pergi dari Xinjiang menuju Turki.
Mereka harus lewati titik sementara yaitu negara perantara yang memudahkan mereka untuk melarikan diri ke Turki.
Kondisi yang serupa ditemukan pada para pembelot Korea Utara, yang harus lari ke China untuk kemudian bisa masuk dan menjadi warga negara di negara lain.
Mengutip Kontan.co.id, Asia Tenggara menjadi titik transit yang difavoritkan oleh etnis Muslim Uighur menuju Turki.
Negara tersebut terutama adalah Malaysia.
Rupanya, ada alasan mengapa Malaysia menjadi negara transit favorit oleh Muslim Uighur.
Malaysia disebutkan tidak akan mengabulkan permintaan untuk mengekstradisi pengungsi etnis Uighur ke China.
Serta, Malaysia akan mudah mengizinkan mereka lewat dengan aman ke negara ketiga jika merasa keselamatan mereka terancam.
Mohd Redzuan Md Yusof, menteri di Departemen Perdana Menteri mengatakan Malaysia menghormati hak negara-negara berdaulat untuk mengelola urusan dalam negeri sendiri.
Uighur pun tidak absen diberi kehormatan menghadapi penindasan di China.
Pernyataan Mohd Redzuan, yang merupakan jawaban tertulis kepada parlemen yang diunggah di situs lembaga legislatif, menandai pertama kalinya Malaysia mengambil posisi yang jelas untuk tidak mengekstradisi pengungsi Uighur.
“Karenanya, jika ada pengungsi Uighur yang mengungsi ke Malaysia untuk mendapatkan perlindungan, Malaysia telah memutuskan untuk tidak mengekstradisi pengungsi Uighur, meskipun ada permintaan dari Republik Rakyat China,” kata Mohd Redzuan seperti dikutip Reuters.
"Mereka (pengungsi Uighur) diizinkan untuk pindah ke negara ketiga jika mereka takut akan keselamatan mereka atau berpotensi menghadapi penganiayaan, di mana mereka merasa tidak akan menerima perlindungan dan keadilan di negara asal mereka," ujar dia.
Tidak jelas, kapan pernyataan Mohd Redzuan itu diunggah.
Sementara Kedutaan Besar China di Kuala Lumpur tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Pada Oktober 2018, pihak berwenang Malaysia membebaskan 11 warga Uighur dari tahanan dan mengirim mereka ke Turki, meskipun ada permintaan dari China untuk mengembalikan mereka.
China "dengan tegas menentang" itu dan Perdana Menteri Mahathir Mohamad ketika itu mengatakan, ke-11 warga Uighur yang dibebaskan "tidak melakukan kesalahan" di Malaysia.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), setidaknya 1 juta etnis Uighur dan Muslim lainnya telah ditahan di tempat yang China sebut sebagai "pusat pelatihan kejuruan" untuk membasmi ekstremisme dan memberi orang keterampilan baru.
(S.S. Kurniawan)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Meski China meminta, Malaysia tidak bakal mengekstradisi pengungsi etnis Uighur"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini