Sebaliknya, dokumen kabinet dari 1998-99 yang dirilis oleh Arsip Nasional Australia menunjukkan bahwa pemerintah menerima nasihat dari pasukan Australia di Timor Leste bahwa aman bagi kelompok pro-kemerdekaan untuk kembali ke tanah air mereka.
Sebuah makalah penjelasan kepada kabinet dari menteri imigrasi Philip Ruddock mengurai alasannya.
Makalah tersebut mencatat bahwa 1500 orang Timor bisa lebih "mudah berubah dan menuntut" daripada kelompok orang Timor lain yang sudah berlindung di Australia.
Sementara itu, Pemerintah Australia pun sebelumnya menolak menerima para pemimpin Timor karena takut mereka akan membangun pemerintahan di pengasingan dan merusak hubungan Australia dengan Indonesia, yang menduduki Timor Timur dari tahun 1975 hingga 1999.
Profesor Clinton Fernandes, seorang ahli Timor-Leste dari Universitas NSW, mengatakan Indonesia telah melakukan tindakan brutal terhadap Timor Leste selama pendudukan dan pengunduran dirinya.
"Kehancuran di dalam Timor sungguh luar biasa," kata Profesor Fernandes. "Ekonomi telah dikurangi hingga tahun 1920-an."