Find Us On Social Media :

Orangtuanya Dipaksa Ikut 'Pendidikan Ulang' oleh Pemerintah Komunis China, 880.500 Anak Suku Uighur Terlantar, Termasuk Balita Satu Tahun

By Mentari DP, Sabtu, 17 Oktober 2020 | 13:40 WIB

Anak-anak suku Uighur terlantar.

Intisari-Online.com - Tahukah Anda mengenai Suku Uighur?

Suku Uighur merupakan salah satu suku minoritas resmi di Republik Rakyat China.

Di mana suku ini adalah keturunan dari suku kuno Huihe yang tersebar di Asia Tengah, menuturkan bahasa Uighur, dan memeluk agama Islam.

Sayangnya, kini nasib suku Uighur sungguh menyedihkan.

Baca Juga: Bikin Geleng-geleng Kepala, Pernah Tinggal Setahun di Indonesia, Bule Rusia Ini Ungkap Kebiasaan Aneh Orang Indonesia, 'Suka Nanya Sudah Mandi Apa Belum'

Mengutip dari Tribunnewswiki pada Sabtu (17/10/2020), ribuan anak suku Uighur hidup tanpa orangtua.

Hal ini karena ibu atau ayah mereka dipaksa masuk ke dalam kamp interniran, penjara, dan fasilitas penahanan lainnya, berdasarkan bukti dari dokumen pemerintah di Xinjiang, China.

Catatan yang dikumpulkan oleh pejabat di Xinjiang selatan dan dianalisis oleh peneliti bernama Adrian Zenz menunjukkan, ada lebih dari 9.500 anak-anak di Yarkand yang tercatat dari suku Uighur.

Dilansir dari The Guardian pada Jumat (16/10/2020), data tersebut menunjukkan semua anak yang memiliki satu orangtua, ayah atau ibu, berada di penjara, tempat penahanan, atau pusat "pendidikan ulang".

Baca Juga: Laksanakan Misi-misi 'Kotor', Lihat Betapa Mengerikannya Pasukan Khusus Mossad Israel yang Paling Rahasia, Punya 'License to Kill' atau Izin Membunuh Orang!

Zenz berkata, "Strategi Beijing untuk menundukkan minoritas yang tidak patuh sedang bergeser dari penahanan ke kontrol sosial jangka panjang."

"Di garis depan upaya ini adalah perebutan hati dan pikiran menciptakan selanjutnya."

Anak-anak sering ditempatkan di panti asuhan negara atau sekolah dengan keamanan tinggi, tempat mereka diawasi dengan ketat.

Hampir semua kelas dan interaksi harus menggunakan bahasa Mandarian, bukan Uighur.

Menurut penelitian Zenz, ada total 880.500 anak yang hidup di fasilitas asrama pada tahun 2019.

Dampak penahanan terhadap anak-anak dan struktur keluarga menjadi salah satu aspek yang kurang diperhatikan dalam kebijakan China di Xinjiang.

Laporan saksi yang berada di luar China menunjukkan adanya hal yang disebut para pakar sebagai kebijakan terpisah dari keluarga.

Menurut Ekonom yang pertama menerbitkan temuan Zenz, jika jumlah dari daerah Yarkand diekstrapolasi ke seluruh Xinjiang, jumlah anak di bawah umur 15 tahun yang salah satu atau kedua orangtuanya mampu mencapai 250.000.

Data lain yang didapatkan dan dianalisis Zenz memberika detail kasus anak yang berada di panti asuhan.

Di keluarga lain, ada anak laki-laki berumur 7 tahun dan anak perempuan berumur 10 tahun yang berada di panti asuhan karena kedua orang tua mereka berada di pusat "pendidikan ulang".

Baca Juga: Perang Nuklir Bisa Pecah Kapan Saja, Angkatan Darat AS Punya Senjata Khusus untuk Hadapi Rusia Bahkan China, Medan Perang Bisa Berubah dalam Sekejab, 'Lalu Musuh Kami Akan Dilema'

 

Dalam beberapa tahun terakhir, pengeluaran hal dalam hal pendidikan melebihi anggaran.

Sekolah menjadi garis terdepan dalam usaha pemerintah untuk menghilangkan pendapat.

Sekolah sering menggunakan sistem intrusi pertahanan dalam berbagai tingkat, pengawasan menyeluruh, pagar listrik, dan patroli terkomputerisasi.

Tak hanya itu, pemerintah China juga dituduh telah menghancurkan masjid di Xinjiang.

Hal itu disampaikan oleh sebuah lembaga think tank (wadah pemikir) Australia pada Jumat, (25/9/2020).

Lalu kelompok hak asasi manusia mengatakan ada lebih dari 1 juta etnis lainnya yang ditawan di kamp penahanan di wilayah barat laut tersebut.

 

(Tribunnewswiki / Tyo)

(Artikel ini sudah tayang di Tribunnewswiki dengan judul "Ribuan Anak Etnis Uighur Telantar karena Orangtua Mereka Ditahan Pemerintah China")

Baca Juga: Musuh China Bertambah Satu, Perdana Menteri Kanada Kritik Keras Sikap Negeri Panda yang Begitu Meresahkan Ini, 'Kami Bersumpah Akan Terus Membela Mereka yang Tertindas'