Find Us On Social Media :

Kakinya Tertembus Timah Panas hingga Granat Tertancap di Punggungnya, Anggota Kopassus Ini Pantang Menyerah, Tetap Ikut Berperang Walau Hanya Miliki 1 Kaki

By Mentari DP, Jumat, 16 Oktober 2020 | 14:50 WIB

Kisa Agus Hernoto, prajurit Kopassus berkaki satu.

Intisari-Online.com - Sebagai anggota TNI, seorang anggota harus bersiap menghadapi risiko apapun.

Termasuk cedera atau malah kehilangan nyawa.

Seperti kisah salah seorang anggota Kopassus yang dilaporkan terkena pecahan granat tertancap di punggung kanannya dan pelor menembus kaki kirinya.

Itulah sekelumit kisah Kolonel Inf Agus Hernoto di buku "Legenda Pasukan Komando: Dari Kopassus sampai Operasi Khusus".

Diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, buku tersebut sengaja dimunculkan bertepatan dengan ulang tahun ke-65 Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Minggu (16/4/2017).

 

Buku Legenda Pasukan Komando ini mengisahkan Kolonel Inf Agus Hernoto, anggota pasukan komando berkaki satu yang tetap memiliki semangat juang tinggi, menjiwai motto berani-benar-berhasil, bahkan setelah lama keluar dari Kopassus.

Sebagai anggota, Agus saat itu mendapat tugas memimpin Operasi Banteng I dalam rangka pembebasan Irian Barat.

Kakinya terpaksa harus diamputasi karena tertembak tentara Belanda.

Agus lalu dikeluarkan dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) karena cacat.

Baca Juga: Klaim Indonesia Sebagai Negara dengan Ekonomi Terbesar di Asia Tenggara, Jepang Ingin Bersekutu dengan Indonesia untuk Hadapi China, 'Kami Bisa Menghasilkan Pondasi yang Kuat di ASEAN'

Namun, dia lantas dibela oleh atasannya, Benny Moerdani.

Akibatnya, Agus dan Benny malah dikeluarkan dari RPKAD

Sekeluarnya dari Kopassus, Agus sempat bergabung dengan Resimen Tjakrabirawa atau Pasukan Pengawal Presiden RI Soekarno.

Benny sendiri bergabung dengan Komando Cadangan Strategis Angkatan darat (Kostrad).

Agus dan Benny kemudian bergabung dengan Operasi khusus (Opsus) yang dipimpin oleh Ali Moertopo.

Keduanya bertanggung jawab langsung kepada Presiden Soeharto.

Di dalam Opsus Agus menjadi orang kepercayaan Ali dan Benny.

Bahkan, siapa pun yang ingin bertemu dengan Ali dan Benny harus melalui dia sehingga muncul ungkapan "Agus itu Opsus".

Tokoh orba

Setelah mendapat kesaksian akan keberanian Agus dari tentara Belanda yang menawannya, pemerintah memberikan penghargaan Bintang Sakti kepada Agus.

Tak banyak prajurit meraih penghargaan tertinggi di militer ini.

Hanya mereka yang menunjukkan sikap luar biasa dalam tugas negara yang pantas menyandangnya.

Agus adalah salah satunya.

 

Baca Juga: Klaim Indonesia Sebagai Negara dengan Ekonomi Terbesar di Asia Tenggara, Jepang Ingin Bersekutu dengan Indonesia untuk Hadapi China, 'Kami Bisa Menghasilkan Pondasi yang Kuat di ASEAN'

 

 

Kisah Agus sendiri juga tetap diingat oleh Presiden Soeharto sehingga setiap kali bertemu, Presiden RI kedua itu selalu menanyakan kondisi kaki Agus.

Selama hidupnya, Agus mengabdi kepada bangsa dan negara sejak masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan dalam Divisi Brawijaya di Malang.

Dia kemudian bertugas di Batalion Andi Mattalatta di Makasar, Sulawesi Selatan, RPKAD (Kemudian menjadi Koppasus), Operasi Pasukan Khusus (Opsus) di bawah Kostrad, menjadi Opsus di bawah Bakin, dan terakhir di Pusintelstrat Hankam (kemudian bernama Bais ABRI).

Di dalam Opsus Agus bertugas menjadi semacam Komandan Detasemen Markas atau Dandenma) yang mengatur segala hal terkait operasi-operasi opsus.

Ia juga terlibat dalam berbagai operasi Opsus di Irian Barat dan Timor Timur.

Yang menarik, ternyata kisah hidup Agus Hernoto beririsan dengan berbagai peristiwa dan tokoh besar di republik ini terutama di zaman Orde Baru.

Mengikuti sosokya, kita bisa ikut mencermati sepak terjang tokoh Orde Baru, seperti Benny Moerdani maupun Ali Moertopo dari sisi Agus Hernoto.

Sosok Agus Hernoto merupakan salah satu jendela bagi kita untuk meneropong perjalanan awal Kopassus dan kiprah seorang prajurit Komando setelah tidak bergabung dengan Kopassus.

Lewat Agus, bisa dikatakan bahwa semangat juang dan identifikasi diri seorang anggota pasukan Komando tidak akan luntur, bahkan ketika tak lagi bertugas sebagai Kopassus.

(Yuka Dewisartika/Penerbit Buku Kompas)

(Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul "Kisah Anggota Kopassus yang Tertancap Granat Di Punggng Hingga Dicari Soeharto")

Baca Juga: Sosok 'Pahlawan Cilik' Rangga Sebelum Tewas di Tangan Pemerkosa, Pandai Mengaji, Kerap Ranking 1, serta Sempat Merengek pada Ayahnya Agar Dibolehkan Tinggal dengan Ibunya