Advertorial
Intisari-Online.com - Dilaporkan ada349.160 kasus positif Covid-19 di Indonesia hinggaKamis (15/10/2020).
Walau begitu, pemerintah mengumumkan jumlah pasien sembuh memecahkan rekor harian.
Di mana ada penambahan 5.810 pasien yang telah dinyatakan sembuh.
Dengan demikian, total pasien sembuh dari Covid-19 ada 273.661 orang.
Perlu Anda tahu, untuk dinyatakan sembuh dari virus corona, pasien harus mendapatkan dua kali hasil negatif dari tes swab.
Kebanyakan orang akan pulih dalam dua atau tiga minggu.
Akan tetapi, ada puluhan ribu orang yang terus mengalami gejala berbulan-bulan setelah pertama kali dinyatakan terinfeksiCovid-19.
GejalaCovid-19yang berkepanjangan itu diberinama "Long Covid".
Dilansir The Guardian, inilah fakta-fakta penting yang harus diketahui tentang Long Covid.
Berbagai macam gejala
Subtipe Covid yang bertahan lama yang diidentifikasi oleh NIHR yaitu:
- Pasien yang mengalami efek setelah perawatan intensif;
- Pasien yang mengalami kelelahan pasca-virus;
- Pasien dengan kerusakan organ yang bertahan lama; dan
- Pasien dengan gejala berfluktuasi yang bergerak ke seluruh tubuh.
"Kami percaya bahwa istilah Long Coviddigunakan sebagai penampung semua untuk lebih dari satu sindrom, mungkin hingga empat," kata Dr Elaine Maxwell, penulis utama laporan NIHR.
Namun, Prof Danny Altmann, ahli imunologi di Imperial College London, memperingatkan bahwa mempersempit Long Covid menjadi hanya empat sindrom mungkin terlalu sederhana.
Pulih dari ICU
Pasien yang dipulangkan dari rumah sakit seringkali hanyalah awal dari proses pemulihan yang panjang.
Banyak pasienCovid-19yang dirawat lama di perawatan intensif menjadi terlalu lemah untuk duduk atau bahkan mengangkat lengannya sendiri.
Beberapa bahkan mungkin kesulitan untuk berbicara atau menelan.
Mereka mungkin juga terpengaruh oleh depresi atau gangguan stres pascatrauma.
Namun, gejala permanen yang parah tidak terbatas pada kelompok ini.
Kelelahan pasca-virus
Banyak penderita Long Covidyang dilaporkan mengalami kelelahan, nyeri otot, dan kesulitan berkonsentrasi.
Ada tumpang tindih dengan gejala sindrom kelelahan kronis sedang diselidiki.
CFS (chronic fatigue syndrome) atau sindrom kelelahan kronis sebelumnya telah dikaitkan dengan infeksi virus Epstein-Barr dan demam Q.
Studi terhadap orang yang terinfeksi Sars tahun 2003 lalu juga menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari mereka mengalami penurunan toleransi terhadap olahraga selama berbulan-bulan, meskipun paru-paru mereka tampak sehat.
Kerusakan organ yang berlangsung lama
Sesak napas, batuk, atau denyut nadi yang terus-menerus bisa menjadi gejala kerusakan permanen pada paru-paru atau jantung, meskipun ini tidak selalu permanen.
Kerusakan paru-paru tampaknya sangat umum di antara pasienCovid-19yang membutuhkan perawatan rumah sakit.
Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa 6 minggu setelah meninggalkan rumah sakit, sekitar setengah dari pasien masih mengalami sesak napas.
Jumlah itu turun menjadi 39% dalam 12 minggu.
Sementara itu, sekitar sepertiga dari pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami kerusakan jantung.
Meski mereka yang mengalami infeksi ringan juga bisa terpengaruh.
Sebuah studi terpisah terhadap 100 pasien, banyak di antaranya mereka yang memiliki gejala yang relatif ringan ketika mereka terinfeksi pada bulan Maret.
Studi itu mengungkapkan bahwa 78 pasien di antaranya menunjukkan perubahan struktural abnormal pada jantung mereka pada pemindaian MRI.
Perubahan ini tidak selalu menimbulkan gejala, dan dapat menghilang seiring waktu.
Masalah yang sedang berlangsung dengan hati dan kulit juga telah dilaporkan.
Gejala yang berfluktuasi dan bergerak ke seluruh tubuh
Mungkin kelompok Long Covidyang paling aneh adalah mereka dengan gejala yang berfluktuasi.
Umumnya, gejala muncul dalam satu sistem fisiologis kemudian mereda.
Tapi ini ada gejala lain lagi yang muncul di sistem yang berbeda.
Meskipun mekanisme yang mendasari tetap belum terbukti, gejala tersebut mungkin berkaitan dengan sistem kekebalan yang terganggu, kata Altmann.
Semua usia terpengaruh
Diperkirakan ada sekitar10% pasien Covid mengalami gejala yang berlangsung lebih dari tiga minggu, serta sekitar satu dari 50 pasien masih sakit dalam tiga bulan.
Laporan NIHR mengatakan gejala yang bertahan lama telah diamati pada semua kelompok usia, termasuk anak-anak.
Tetapi hasil yang tidak dipublikasikan dari Covid Symptom Study menunjukkan bahwa wanita dan orang tua mungkin berisiko lebih besar.
"Di atas usia 18 tahun, risiko gejala yang berlangsung lebih dari sebulan tampaknya secara umum meningkat seiring bertambahnya usia," kata Prof Tim Spector, profesor epidemiologi genetik di King's College London yang menjalankan penelitian tersebut.
Kelompok yang kurang dipelajari adalah penghuni panti jompo.
"Apa yang kami dengar dari staf garis depan adalah bahwa ada sekelompok pasien yang mungkin tampak seperti sedang dalam pemulihan, dan kemudian kambuh."
"Kekuatan dan stamina mereka tampaknya menurun, sementara Covid mungkin telah mempercepat laju penurunan kognitif pada penderita demensia," kata Prof Karen Spilsbury.
Spilsbury merupakan ketua penelitian keperawatan di Universitas Leeds.
Ia telah mempelajari dampakCovid-19pada penghuni panti jompo.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
(Artikel ini telah tayang diTribunnews.comdengan judul "Fakta Seputar Long Covid yang Harus Diketahui, Penderita Tak Kunjung Sembuh setelah Berbulan-bulan")