Sebastiao Gomes meninggal dalam gereja Antonio Padua, Motael, Dili, setelah tubuhnya ditembus peluru panas.
Penembakan di gereja St Antonio Padua di Motael itu pun terus menjadi pembicaraan dan menyulut emosi warga Dili.
Rasa nasionalisme dan ingin berpisah dari Indonesia membuncah. Dua pekan kemudian, Minggu 12 November 1991, emosi warga Timor Leste semakin memuncak.
Usai misa di gereja St Antonio Padua Motael orang-orang mulai melakukan aksi protes di jalan. Warga berjalan kaki menuju pemakaman St Cruz. Mereka sekaligus ingin berziarah ke makam Sebastiao Gomes.
Bulan Novermber kebetulan adalah adalah bulan arwah dalam kalender liturgi, umat Katolik biasanya berziarah ke makam, mendoakan mereka yang meninggal.
Menunju pemakaman Santa Cruz, warga Timor Leste dalam aksi itu pun membentangkan spanduk, Viva Xanana.
Sementara itu tentara Indonesia berjaga di sudut-sudut jalan dengan senjata siaga.
Namun, aksi demo itu berakhir rusuh, tiba-tiba datang rentetan tembakan.