Find Us On Social Media :

Rajanya Mencari Kesempatan dalam Kesempitan di Tengah Konflik Timur Tengah, Arab Saudi Kini Justru di Ambang Kehancuran, Polah Putra Mahkota Ini Jadi Pemicunya

By Tatik Ariyani, Senin, 12 Oktober 2020 | 18:38 WIB

Mohammed bin Salman

Semua ini adalah pembalikan peran yang mengejutkan, mengingat Arab Saudi mulai bangkit menjadi keunggulan regional dan global pada akhir 1960-an, bahkan sebelum UEA muncul.

Kebangkitan awal Arab Saudi dapat ditelusuri pada jatuhnya proyek pan-Arab Mesir setelah bencana perang tahun 1967, dan kematian pemimpinnya Gamal Abdel Nasser pada tahun 1970.

Sebagai anggota terkemuka OPEC, Arab Saudi menyelenggarakan pertemuan pertama OKI pada tahun 1970 untuk memperbesar pengaruhnya di luar Liga Arab.

Rejeki nomplok dari ledakan minyak setelah pemboikotan OPEC menyusul perang Arab-Israel 1973 semakin memperkaya Arab Saudi dan membiayai diplomasi dan pengaruhnya terhadap petrodolar.

Keputusan Mesir untuk menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada akhir dekade ini memastikan kebangkitan regional Arab Saudi.

Revolusi Islam 1978 di Iran dan invasi Soviet 1979 ke Afghanistan mengangkat Riyadh menjadi sekutu strategis yang sangat diperlukan bagi Amerika Serikat di dunia Muslim.

Posisi regional Saudi semakin diperkuat pada 1980-an dengan perang delapan tahun Irak dan Iran yang merusak, serta Suriah dan Israel terseret ke dalam konflik Lebanon setelah invasi Israel ke Lebanon.

Kemenangan Amerika yang menentukan dalam Perang Dingin setelah disintegrasi Blok Timur dan Perang Teluk, menyusul invasi Irak ke Kuwait dan pengejaran kebijakan penahanan ganda terhadap Iran dan Irak, semakin meningkatkan posisi regional dan internasional Riyadh.

Baca Juga: ‘Saya Punya Uang Lebih Banyak Daripada Tuhan’ Sesumbar Pria Pemenang Lotere Rp4,6 Triliun, Ini yang Terjadi Seketika pada Hidupnya Karena Kecongkakannya