Find Us On Social Media :

'Rusia Tidak Bisa Mundur', Rusia Turun Tangan Terkait Perang Armenia-Azerbaijan Makin Buruk hingga Ancam Keamanan Perbatasan

By Tatik Ariyani, Minggu, 11 Oktober 2020 | 11:58 WIB

Vladimir Putin

Namun, dalam beberapa menit setelah gencatan senjata mulai berlaku sejak pada tengah hari, kedua belah pihak saling menuduh telah melanggarnya.

Kementerian pertahanan Armenia menuduh Azerbaijan menembaki pemukiman di dalam Armenia, sementara pasukan etnis Armenia di Karabakh menuduh pasukan Azeri telah melancarkan serangan baru, 5 menit setelah gencatan senjata berlangsung dan menewaskan 2 warga sipil.

Azerbaijan mengatakan pasukan musuh di Karabakh sedang menembaki wilayah Azeri dan 1 warga sipil telah tewas.

Kedua belah pihak secara konsisten membantah pernyataan satu sama lain dalam perang kata-kata yang menyertai pertempuran tersebut.

Presiden Azeri Ilham Aliyev mengatakan kepada kantor berita RBC Rusia bahwa pihak yang bertikai sekarang terlibat dalam upaya menemukan penyelesaian politik, tetapi menyarankan akan ada pertempuran lebih lanjut di masa depan.

"Kami akan lakukan (pertempuran) sampai akhir dan mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milik kami," kata Aliyev.

Menteri Luar Negeri Azeri Jeyhun Bayramov mengatakan gencatan senjata hanya akan berlangsung selama Palang Merah mengatur pertukaran orang mati.

Dalam pengarahan di Baku, Bayramov mengatakan Azerbaijan berharap dan diharapkan untuk menguasai lebih banyak wilayah pada waktunya.

Kementerian luar negeri Armenia mengatakan pihaknya menggunakan semua saluran diplomatik untuk mencoba mendukung gencatan senjata.

Sementara, kementerian luar negeri Nagorno-Karabakh menuduh Azerbaijan menggunakan pembicaraan gencatan senjata sebagai kedok untuk tindakan militer yang siap.

Baca Juga: Korut Pamer Rudal Balistik Antar Benua Terbaru, Senjata Terbesar yang Dimiliki Negara Tersebut

Shintaloka Pradita Sicca

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perang Armenia-Azebaijan Ancam Keamanan Perbatasan, Rusia Tidak Bisa Mundur dari Konflik"