Beri Tekanan Maksimal, Trump Targetkan Bank Iran Jadi yang Terkena Sanksi Selanjutnya, 'Kalian Ingin Buat Kami Lumpuh?'

May N

Penulis

Gagal beri tekanan di larangan senjata nuklir, Trump kini tekan Iran dengan hentikan aliran bank ke negara tersebut, kami bisa kelaparan!'

Intisari-online.com -Administrasi Presiden Donald Trump terapkan sanksi lagi kepada Iran.

Kali ini, bukan dalam aspek pengadaan senjata nuklir.

Mengutip AFP, sanksi yang diberikan pada hari Kamis tersebut merambah ke sektor bank Iran.

Tindakan tersebut membuat Iran berang.

Baca Juga: Makin Panas, Armenia Tuduh Azerbaijan Menarget Hancurkan Katedral Suci yang Telah Berdiri Megah Sejak Abad 19 Ini, 'Dulunya Jadi Gudang Senjata'

Pasalnya, sanksi ke sektor bank Iran menjadi cara melumpuhkan Iran.

Entah kebetulan atau tidak, tapi tindakan ini dilakukan mendekati pemilihan presiden AS.

Departemen Keuangan mengatakan mereka menarget 18 bank besar milik Iran.

Tindakan itu dapat memotong aliran uang dari sistem finansial dunia ke negara dengan populasi 80 juta orang tersebut.

Baca Juga: Setelah Dibebaskan Dari Diboikot Amerika Selama 20 Tahun, Menhan Indonesia Prabowo Mendadak Didekati Amerika, Siapa Sangka Inilah Tujuan Asli AS Dekati Prabowo

Padahal, Iran saat ini berada di titik cukup rendah, dengan perlu dana menghadapi wabah Covid-19 yang memburuk.

AS menampik kekhawatiran dari sekutu Eropa mereka, yang sebut sanksi itu dapat sebabkan penderitaan terus-terusan.

Uni Eropa juga meminta AS untuk memberikan pertimbangan kemanusiaan.

Namun, Mike Pompeo menolak hak tersebut.

Baca Juga: Tak Perlu Turun Tangan Langsung Hadapi China di Laut China Selatan, Negara ASEAN Ini Bisa Dimanfaatkan Amerika untuk Melawan China

"Sanksi kami ditujukan untuk rezim mereka yang memiliki pejabat yang korup.

"Mereka gunakan kekayaan warga Iran untuk biayai radikalisme dan revolusi yang telah sebabkan penderitaan di seluruh Timur Tengah, bahkan lebih."

Ia juga katakan pemimpin Iran patutnya disalahkan karena mengalihkan dana ke militer mereka, padahal dana kesehatan kurang.

"Kampanye tekanan maksimal kami akan lanjut sampai Iran berkehendak untuk bungkus negosiasi komprehensif yang hentikan perilaku rezim mengerikan itu," lanjut Pompeo.

Baca Juga: Temui Kapal Selam Kelas Fateh Iran yang Juga Berfungsi sebagai Tempat Penyimpanan Senjata, Seberapa Canggih dan Mematikan?

Lebih lanjut, Departemen Keuangan tidak mendaftar tuduhan spesifik terhadap sebagian besar bank.

Alih-alih, mereka mendeklarasikan secara luas jika seluruh sektor finansial Iran kemungkinan besar digunakan untuk mendukung kontes senjata pemerintah dan upaya penaklukan regional mereka.

Menteri Luar Negeri iran, Muhammad Javad Zarif, menuduh AS mencoba "meledakkan saluran bantuan yang tersisa yang kami perlukan untuk makan dan obat" selama pandemi ini.

"Warga Iran AKAN selamat dari kekejaman ini. Namun berkonspirasi untuk membuat seluruh populasi kelaparan adalah kejahatan melawan kemanusiaan," tulis Zarif di Twitter.

"Penjambret dan siapapun yang memblokir uang kami, AKAN hadapi keadilan."

Baca Juga: 'Masa Bodo' dengan Darah Rakyat Negara Lain, CIA Akui Lakukan Kudeta Licik di 7 Pemerintahan Ini, Demi Jadikan 'Boneka' Mereka Sebagai Kepala Negara

'Sadisme'?

Departemen Keuangan mengatakan mereka membebaskan transaksi kemanusiaan seperti makanan dan obat-obatan.

Namun diplomat Eropa berargumen jika sanksi AS memiliki konsekuensi yang tidak bisa dihindari.

Apalagi, dengan hanya sedikit institusi bersedia mengambil risiko aksi legal di ekonomi terbesar dunia.

Baca Juga: 'Hentikan Jeratan Hutang Kalian Sekarang Juga', Pinta Bank Dunia Tegas Kepada Tiongkok, Sebut Hanya Merugikan Negara Miskin, Menohok!

Barbara Slavin, direktur dari Inisiatif Masa Depan Iran di Dewan Atlantik, menggambarkan gerakan tersebut sebagai tindakan sadisme sebagai kebijakan luar negeri.

Ia juga mengatakan, tidak heran jika Teheran akan memihak China.

"Sanksi ini adalah apa yang mungkin jadi aksi terakhir mereka di minggu-minggu terakhir mereka di Gedung Putih.

"Sehingga, mereka meningkatkan tekanannya, tanpa sadar hal itu hanya akan membuat warga Iran sengsara, memprovokasi ketidakstabilan regional dan mengancam sanksi jangka panjang penggunaan dollar," ujarnya.

Baca Juga: Tepat di Tubir Lenyapnya Tali Kekang Nuklir AS-Rusia, Putin Malah Rayakan Ulang Tahun dengan Luncurkan Rudal Hipersonik, Tempuh Jarak 450 km Kurang dari 5 Menit!

Trump ambil langkah ini setelah bujukannya kepada PBB untuk perpanjang sanksi nuklir Iran gagal.

Sekutu Eropa mereka juga menolak argumen AS bahwa Washington memiliki kekuasaan untuk merevisi sanksi PBB terhadap Iran.

Anggota DPR dari Partai Demokrat, Ted Deutch, yang fokus dalam komite Timur Tengah, mengaitkan Trump melakukannya sendiri dengan kegagalan diplomatik.

"Tujuan sanksi ini adalah untuk mengubah perilaku rezim, bukan merugikan warga sipil selama pandemi," tulis Deutch di Twitter.

Baca Juga: Sebut-sebut Itu Tindakan Sabotase, Pejabat Iran Ungkap Sosok Di Balik Ledakan Situs Nuklir Mereka yang Terjadi Juli Lalu, Tapi Ada Temuan Lain yang Ragukan Klaim Tersebut

Detik-detik sebelum pemilu

Departemen Keuangan mengatakan sanksi itu akan berlaku dalam 45 hari.

Hal itu memberi perusahaan waktu untuk menghentikan transaksi di Iran.

Kerangka waktu juga akan memberi siapa pun yang bekerja dengan Iran kesempatan untuk menyaksikan pemilihan 3 November.

Baca Juga: Ungguli Donald Trump di Poling Sementara, Biden Buat Inggris Khawatir Jika Ia Sampai Menangkan Pemilu AS, 'Kemerdekaan' Inggris Ternyata Jadi Taruhannya

Trump telah terang-terangan hentikan ekspor minyak Iran dan mundur dari negosiasi nuklir yang dibuat pada kala mantan presiden Barack Obama menjabat.

Kandidat Wakil Presiden dari Demokrat, Kamala Harris, dalam debat Rabu kemarin menyebutkan jika mundurnya Trump telah membuat Iran semakin getol membangun senjata nuklir yang cukup signifikan.

"Karena pendekatan Donald Trump yang memaksa dalam kebijakan luar negerinya, ditambah dengan isolasionisme, ia telah membuat Amerika terancam," ujarnya.

Baca Juga: Sungguh Kacau, Debat Pertama Trump dan Biden Berapi-api Sampai Saling Hina Satu Sama Lain: 'Maukah Kamu Tutup Mulut, Bung?'

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait