Penulis
Intisari-online.com -Matinya sistem perdagangan dengan uang adalah salah satu imbas mengerikan pandemi.
Hal ini memaksa masyarakat miskin dunia memutar otak untuk mendapatkan kebutuhan mereka sehari-hari.
Dilaporkan dari Filipina, sistem barter mulai kembali populer khususnya di masyarakat miskin.
Hal ini sudah lama dilakukan sejak pandemi baru melanda.
Barter dinilai jadi cara tepat untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari di tengah kesulitan ekonomi.
Kepada Reuters, Grace Lagaday, ibu rumahtangga, membagikan kisahnya yang terpaksa menukar barang-barangnya demi memenuhi kebutuhan sang anak.
Melalui media sosial Facebook, Ladagay mencari kebutuhan untuk sang bayi.
Ia menukarkan sekantong coklat M&Ms dan Nutella untuk perlengkapan bayi.
"Saya benar-benar membutuhkan perlengkapan menyusui tetapi barang yang tersedia sangat terbatas.
"Untuk seorang ibu yang melahirkan selama musim pandemi ini, barter membantu saya menemukan penawaran yang bagus untuk bayi saya," ungkap Ladagay.
Ladagay telah menukarkan gantungan baju dengan lima kilogram beras, dan pembunuh nyamuk elektrik dengan dua liter minyak goreng.
Semua kegiatan barter ini dia lakukan karena keterbatasan uang yang dimiliki.
Ia tergabung dalam grup barter yang ada di Facebook bersama ratusan ribu warga Filipina lain yang aktif dalam beberapa bulan terakhir.
Sejauh ini, Reuters menemukan lebih dari 100 grup barter, beberapa di antaranya memiliki anggota hingga 250.000 orang.
Kebanyakan muncul di Luzon yang merupakan pulau utama Filipina.
Kondisi ini umumnya dikenal sebagai deflasi atau menurunnya jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Sempat dianggap ilegal oleh pemerintah
Bangkitnya kembali tradisi barter cukup membuat pemerintah Filipina kebingungan.
Dikutip dari Reuters, Menteri Perdagangan Ramon Lopez memberi pernyataan yang berubah-ubah terkait tren barter yang berkembang.
Pada Juli, ia mengatakan, sistem barter merupakan hal yang baik demi mencapai keuntungan pribadi.
Baca Juga: Baku Tembak Mengerikan Ini Tewaskan WNI yang Sandera Abu Sayyaf di Filipina
Tapi satu hari sebelumnya, ia menyatakan, kegiatan barter adalah praktik ilegal menghindari pajak.
Sikap tersebut menyulut amarah ribuan pengguna media sosial.
Mereka mengecam pemerintah yang dianggap berupaya mengeruk pemasukan baru dari pajak bahkan di tengah kesulitan ekonomi.
Fillipina memasuki resesi pertamanya dalam hampir tiga dekade terakhir dan pengangguran melonjak ke rekor tertinggi 17,7% sebagai akibat dari pandemi.
Perdagangan barter jadi alternatif banyak warga untuk tetap bisa bertahan hidup di tengah segala keterbatasan.
Barter paling ekstrem
Salah satu barter paling ekstrem yang pernah terjadi selama masa pandemi virus corona adalah yang seorang pria berusia 36 tahun dari Provinsi Cebu lakukan.
Pria tersebut menukarkan Mitsubishi Lancer 1993 dengan uang tunai 125.000 peso atau sekitar US$ 2.574 dengan makanan kaleng, mie, dan beberapa karung beras yang kemudian dia distribusikan kepada orang miskin.
Seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang juga berasal dari Cebu sempat menukar dua ember ayam goreng dengan unggas buruan. (*)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Pandemi virus corona paksa warga Filipina kembali ke sistem perdagangan barter"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini