Penulis
Intisari-online.com - Sudah 18 tahun secara resmi Timor Leste lepas dari Indonesia, namun negara itu sama sekali belum menunjukkan peningkatan ekonomi.
Menurut Bloomberg, hampir setengah dari 1,2 juta penduduknya hidup dalam kemiskinan.
Pahlawan perang yang menua, belum ada generasi penerus yang memiliki peran besar dalam membangun negara ini.
Sementara itu, negara itu bersikeras untuk mengembangkan proyek berisiko tinggi.
Xanana Gusmao, presiden pertama negara itu, menjadi ketua perundingan untuk mengembangkan gas cair Greater Sunrise.
Flich Solution memperkirakan proyek itu sudah dinegosiasikan selama satu dekade.
Dengan cadangan minyak yan diperkirakan bisa menghasilkan 50 miliar dollar AS dengan harga saat ini, dan lebih dari 15 kali dari pedapatan produk domestik bruto negara.
Gusmao mengatakan, proyek itu dipercaya akan menciptakan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan.
Baca Juga: Cuma Rutin Minum Air Rebusan Jahe, Rasakan Hal Istimewa yang Terjadi pada Tubuh Anda, Mau Coba?
Untuk mencapainya, Xanana telah memainkan kartu politik, mencari pendanaan di China dan Barat, ungkap Saul Kavonic, analis energi berbasis di Sydney.
Timor Leste memiliki keinginann untuk mengembangkan kilang minyak LNG di pantainya.
Bahkan baik Amerika dan China, dua kekuatan besar itu saling berebut untuk mendapatkan pengaruhnya di negara kecil itu, lapor Bloomberg.
AS dan China telah meningkatkan persaingan untuk mendapatkan pengaruh di negara berkembang di seluruh Asia.
Dengan pemerintahan Trump memperingatkan negara-negara untuk menghindari hutang kepada Beijing.
Asisten Menteri Luar Negeri David Stilwell berencana untuk mengikuti upacara memperingati referendum pada 30 Agustus 2019 di Dili, ibu kota.
Bukan hal yang aneh bagi Timor untuk melihat kekuatan-kekuatan besar berebut pengaruh.
Pada pertengahan 1700-an, iming-iming kayu cendana dan lilin lebah membuat Portugis mendirikan koloni di bagian timur pulau itu sekitar 250 tahun yang lalu.
Portugal meninggalkan wilayah itu pada tahun 1975, membuka jalan bagi invasi Indonesia dan perang yang mengikutinya.
Sangat indah dan menawarkan penyelaman kelas dunia, namun negara ini gagal meraup dolar dari pariwisata karena berjuang untuk melepaskan reputasinya yang dilanda perang.
Timor-Leste telah mengambil 95% pendapatan yang diharapkan dari satu-satunya ladang minyak yang memproduksi, Bayu-Undan, menurut lembaga pemikir lokal La'o Hamutuk .
"Bangsa ini akan mendapat bantuan, dalam penyelesaian perjanjian maritim dengan Australia," ungkap La'o Hamutuk.
Memperkirakan, Timor Leste merugi hingga 5 miliar dollar AS dalam pendapatan yang hilang.
Tetapi pengeluaran pemerintah Timor Leste cukup tinggi, Bank Dunia memperingatkan bahwa penarikan dari Dana Perminyakan dan penurunan produksi minyak akan mengancam negara itu.
Sejauh ini China telah memenangkan banyak kontrak dari pemerintah Timor Leste, dimulai dari istana kepresidenen pembangkit listrik, dan sub kontrak pelabuhan yang dibangun China.
China juga membangun jalan raya pertama di Timor Leste, menurut Gusmao China juga tertarik untuk mendanai Greater Sunrise.
Dia percaya proyek itu akan menyelesaikan kemiskinan di Timor Leste dan mebuat negaranya semakin kaya.