Intisari-Online.com - Harga janda bolong yang tembus hingga Rp100 juta mengingatkan kita dengan anturium yang bahkan dikabarkan ditukar dengan mobil Toyota Innova.
Situasinya dianggap mirip, yaitu di mana sebuah tanaman yang awalnya dianggap biasa-biasa saja tiba-tiba dihargai sangat tinggi.
Bahkan beberapa orang menganggap harga tanaman tersebut sudah sangat tidak irasional.
Lalu, mengapa fenomena tersebut bisa terjadi? Siapakah yang berperan 'menggoreng' harga janda bolong maupun anturium?
Ya, jika kita ingat ke belakang, jenis tanaman yang hits dan menjadi tren adalah anturium, aglaunema, dan sebagainya.
Sempat dijual dengan harga fantastis, kini harga tanaman itu sudah mulai turun, tidak setinggi di masa puncak popularitasnya.
Apa yang sebenarnya terjadi pada fenomena pasar yang seperti ini?
Ekonom dari Institute Development of Economics and Financial (Indef), Bhima Yudhistira menyebut fenomena semacam ini disebut sebagai gelembung ekonomi atau bubble economy.