Find Us On Social Media :

Wilayahnya Dijadikan Medan Perang Armenia-Azerbaijan, Sebenarnya Nagorno-Karabakh Ingin Perjuangkan Republik Sampai Mati

By Tatik Ariyani, Sabtu, 3 Oktober 2020 | 12:55 WIB

Pertempuran Armenia dan Azerbaijan pada 2016.

Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat ditugaskan untuk menjaga perdamaian serta stabilitas di kawasan itu sebagai ketua bersama Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Grup Minsk Eropa, yang dibentuk pada 1992, dalam upaya untuk menghentikan perang habis-habisan Armenia-Azerbaijan.

Pada Kamis (1/10/2020), ketiga negara mengeluarkan pernyataan untuk "mengutuk dengan keras peningkatan kekerasan baru-baru ini di sepanjang Garis Kontak di zona konflik Nagorno-Kabarakh."

Mereka menyerukan "penghentian segera permusuhan antara kekuatan militer yang relevan" dan kembali ke negosiasi.

Namun, Avetisyan mengatakan seruan itu tidak akan cukup selama Turki mendukung Azerbaijan.

"Kami tidak berpikir bahwa Turki, atau bahkan Azerbaijan yang dihasut oleh Turki, adalah negara yang dapat Anda tangani hanya dengan pernyataan, atau mengungkapkan keprihatinan atau mengungkapkan aspirasi Anda," kata Avetisyan kepada Newsweek.

"Turki harus dibangun dengan tindakan politik dan ekonomi yang lebih kuat, dan kami yakin bahwa Amerika Serikat, sebagai salah satu pemain utama di kawasan ini di dunia dalam setiap aspek kehidupan memiliki pengaruh untuk mendorong Turki," ungkapnya.

Turki memiliki sejarah yang bermasalah dengan orang-orang Armenia, yang selama dan setelah Perang Dunia I menjadi sasaran kampanye pembersihan etnis oleh Kekaisaran Ottoman yang oleh sejumlah negara sekarang dianggap sebagai genosida.

Namun, Turki dan Azerbaijan membantahnya. Mereka juga dengan keras menolak tuduhan bahwa konflik saat ini bermotif etnis.

Baca Juga: Coba Sentuh Ujung Kaki, Bisakah? Anda Akan Tahu Apakah Jantung Bermasalah atau Tidak, Begini Penjelasannya!