Intisari-Online.com - Perang Armenia-Azerbaijan di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh yang telah berlangsung sejak pekan kemarin.
Sampai saat ini korban jiwa akibat perang tersebut diperkirakan telah mencapai 300 orang termasuk tentara dan warga sipil.
Seorang pejabat senior yang mewakili gerakan wilayah Nagorno-Karabakh yang berada di jantung konflik antara Armenia dan Azerbaijan menyebutkan perlawanan mereka adalah perjuangan sampai mati.
Nagorno-Kabarakh adalah wilayah yang mendeklarasikan sebagai negara sendiri.
Sebagai republik kecil, menurutnya kekalahan bisa berarti akhir dari pemerintahannya, yang tidak diakui secara internasional.
"Ini pertarungan eksistensial," kata Robert Avetisyan, perwakilan tetap untuk Amerika Serikat dari Republik Artsakh, yang dikenal dunia sebagai Nagorno-Kabarakh.
Melansir Newsweek pada Sabtu (2/10/2020), Avetisyan lahir dan besar di tanah yang selama sekitar 1 abad menjadi pusat perselisihan etnis dan teritorial antara rival Kaukasus Selatan, Armenia dan Azerbaijan.
Nagorno-Kabarakh adalah rumah bagi mayoritas Kristen Armenia yang memimpin Republik Artsakh, dianggap oleh PBB sebagai bagian dari Azerbaijan, negara Muslim Syiah yang lebih besar, yang seluruhnya mengelilingi wilayah yang memisahkan diri ini.