AS dan China Tengah Bersaing Ketat, Secara Tegas Indonesia Peringatkan 2 Negara Adidaya Itu Agar Tak Libatkan Indonesia, 'Kami Tak Mau Terjebak'

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com - Saat ini, konflik antara Amerika Serikat (AS) dan China begitu memanas.

Faktanya hubungan kedua negara sudah memanas sejak berpuluh-puluh tahun.

Namun di tahun 2020 ini, konflik keduanya makin memanas.

Pertama karena pandemi virus corona.

Baca Juga: Dikira Bakal Compang-camping Pasca Uni Soviet Runtuh, Justru Militer Rusia Jadi Semakin Kuat, Bahkan Punya Lebih Banyak Nuklir Mematikan daripada AS danInggris!

Di mana Presiden AS Donald Trump menuduh China sengaja menyebarkan virus corona.

Kedua karena perseteruan di Laut China Selatan. AS tidak suka dengan klaim China atas wilayah itu.

Sehingga dia membantu beberapa sekutunya di Asia Tenggara.

Melihat persaingan antara AS dan China semakin tidak terkendali, Indonesia mulai mengeluarkan pernyataan resminya.

Baca Juga: Sering Mimisan, Ternyata Bayi Ini Didiagnosis dengan Kondisi Mematikan Nan Langka, Dokter Sebut Dia Tidak Punya Harapan dan Akan Meninggal Kecuali Melakukan Hal Ini

Dilansir darireuters.com pada Jumat (2/10/2020), pernyataan resmi Indonesia itu disampaikan melaluiMenteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi.

Menlu Retno memperingatkan Amerika Serikat (AS) dan China pada awal September 2020 untuk tidak melibatkanIndonesia.

Khususnya terhadap persaingan memperbutkan wilayah atau soal mereka mendapatkan dukungan.

Sebab, Retno tidak mau Indonesia sampai terpengaruhkedua negara adidaya tersebut.

"Kami tidak ingin terjebak oleh persaingan ini," ungkap Menlu Retno.

Retno sendiri merupakan kepala utusan diplomatik untuk negara terbesar di Asia Tenggara.

Dia membuat komentar tersebut dalam sebuah wawancara dengan Reuters.

Wawancara itu dilakukan menjelang serangkaian pertemuan penting para menteri luar negeri regional dalam waktu dekat.

Tentu saja serangkaian pertemuan penting para menteri luar negeri itu akan melibat rekan mereka dari AS dan China.

Aktivitas militer di Laut China Selatan telah meningkat sepankang tahun 2020 ini.

Hal ini seiring dengan retorika permusuhan dan langkah kebijakan antagonis dari China dan Amerika Serikat.

Sehingga beberapa negara Asia Tenggara, tak terkecuali Indonesia, mulai meningkatkan kekhawatiran bahwa risiko konflik bersenjata meningkat.

Baca Juga: Sudah Bikin Kim Jong-Un Minta Maaf, Ternyata Warga Korea Selatan yangDibakar oleh Tentara Korea Utara ItuIngin Membelot ke Utara, 'Punya UtangRp4,2 Miliar di Selatan'

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan menteri luar negeri China Wang Yi telah meningkatkan diplomasi mereka di kawasan dalam upaya membujuk anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk lebih bersimpati pada posisi mereka.

Selain Indonesia, ASEAN terdiri dari sembilan negara lain: Vietnam, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Brunei.

DanRetno mengatakan ASEAN harus tetap netral dan bersatu.

“ASEAN, Indonesia, ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa kami siap menjadi mitra,” kata Retno.

China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan sebagai wilayah kedaulatan mereka.

TapiVietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei memiliki klaim tandingan atas perairan yang kaya sumber daya tersebut.

SedangkanAmerika Serikat tahun ini telah meningkatkan operasi "kebebasan navigasi" di perairan yang diklaim oleh China.

Hal ini termasuk membawa dua kapal induk ke wilayah tersebut untuk pertama kalinya sejak 2014 dan mencabut penyebaran kapal selam dan penerbangan pengawasan.

Baca Juga: Terlihat Tak Pakai Masker dan Baru Saja Bepergian Bersama, Ajudan Donald Trump Dinyatakan Positif Virus Corona, 'Tidak Ada Tanda-tanda Presiden Trump Telah Tertular Juga'

Artikel Terkait