Penulis
Intisari-Online.com - Sejak awal tahun 2020, isu Perang Dunia 3 sering menjadi pembicaraan.
Hal itu karena Amerika Serikat (AS) melakukan serangan udara yang menewaskan salah satu jenderal top Iran.
Karena aksi AS itu, Iran marah besar dan berjanji akan membalas dendam.
Hingga kini, kedua negara masih terlibat konflik.
Selain itu, di area Laut China Selatan, beberapa negara bersitegang.
Ini karena China mengklaim 80% wilayah Laut China Selatan dan beberapa negara Asia Tenggara tidak terima.
Walau tak terlibat langsung, Indonesia pun ikut bersiaga. Sebab, salah satu pulau milik Indonesia berada di area konflik itu.
Ketika seluruh dunia sedang berfokus pada dua konflik besar itu, nyatanya sebuah perang pecahdi kawasan Nagorny Karabakh.
Nagorno-Karabakh adalah sebuah wilayah yang terletak di bagian selatan Kaukasus, tepatnya 270 km sebelah barat Baku, ibu kota Azerbaijan.
Wilayah ini dihuni oleh mayoritas etnik Armenia, dan dikuasai oleh militer Armenia.
Nah, dilansir dari kompas.com pada Senin (28/9/2020), setidaknya 23 orang, warga sipil dan militer, dilaporkan tewas ketika pecah perang antara Azerbaijan dan Armenia di kawasan Nagorny Karabakh.
Konflik terpanas sejak 2016 itu berpotensi menjadi gesekan skala besar, dengan PBB hingga Amerika Serikat (AS) menyerukan perundingan.
Adapun akar perselisihan ini terjadi karena masalah teritorial Nagorny Karabakh, di mana Yerevan mendukung kelompok pemberontak di sana.
Azerbaijan menyatakan, lima orang anggota keluarga tewas ketika separatis Armenia mengebom desa bernama Gashalty.
Sementara separatis di Karabakh menuturkan, 16 anggota mereka, seorang perempuan dan satu anak-anak tewas, serta 100 lainnya terluka.
Dilansir AFP dan Sky News, Minggu (27/9/2020), kedua kubu juga mengeklaim bahwa mereka saling menjatuhkan persenjataan dalam perang.
Yerevan, misalnya. Mereka mengaku sudah menjatuhkan dua helikopter dan tiga tank milik musuh.
Begitu juga dengan kementerian pertahanan pemberontak.
Separatis di Nagorny Karabakh menyatakan, mereka menghancurkan empat helikopter, 15 drone, serta 10 tank milik Azerbaijan.
Baku melalui juru bicara kepresidenan, Hikmet Hajiyev, mengeklaim bahwa mereka berhasil merebut sebuah gunung strategis milik musuh.
Dalam konferensi pers, Hajiyev berujar Puncak Murovdag setinggi 3.000 meter itu dipakai sebagai jalur transportasi dan komunikasi musuh.
Berbagai pihak di dunia pun meminta kepada dua negara pecahan Uni Soviet tersebut untuk menghentikan konflik dan duduk semeja.
Rusia menyatakan, Presiden Vladimir Putin dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mendiskusikan situasi melalui percakapan telepon.
Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov menginisiasikan langkah agar kedua pihak melakukan gencatan senjata, serta berunding guna mencari solusi.
Kemudian AS melalui kementerian luar negerinya juga mengaku telah menghubungi kedua kubu agar menghentikan tembak menembak dan segera bernegosiasi.
Wilayah Nagorny Karabakh direbut oleh separatis dari etnis Armenia dalam perang di periode 1990-an, yang merenggut nyawa 30.000 orang.
Upaya untuk meredam salah satu konflik mematikan sejak kejatuhan Soviet tersebut kolaps sejak gencatan senjata pada 1994.
(Ardi Priyatno Utomo)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Perang Azerbaijan dan Armenia Pecah di Nagorny Karabakh, 23 Orang Tewas")