Tergolong Negara Maju dan Diklaim Baik dalam Tangani Pandemi Covid-19, Ternyata Hampir 36.000 Perusahaan di Jepang Terpaksa Ditutup, 'Tapi Kami Tidak Bangkrut...'

Mentari DP

Penulis

Hampir 36.000 perusahan di Jepang terpaksa menutup bisnisnya karena terkena dampak virus corona baru

Intisari-Online.com - Berdasarkan data dari Worldometers.info hingga Minggu (27/9/2020), ada 81.055 kasus positif virus corona (Covid-19) di Jepang.

Dilaporkan Jepang hanya memiliki 1.540 kasus kematian. Terendah di antara negara-negara maju lainnya.

Selain itu, Jepang juga menorehkan angka yang bagus untuk jumlah kesembuhan.

Ada 74.151 orang telah dinyatakan sembuh dari penyakit Covid-19 di Jepang.

Baca Juga: Sudah Tak Bisa Keluar Rumah Karena Pandemi Covid-19, Kini Warga Dibuat Gaduh Akibat Potensi Gempa Megathrust dan Tsunami di Pulau Jawa, Begini Kata BMKG

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut pemerintah Jepang sangat baik dalam menghentikan penyebaran virus corona.

Padahal mereka tidak melakukan lockdown seperti negara-negara lainnya.

Pemerintah Jepang hanya menerapkan kebijakan protokol kesehatan yang ketat serta melakukan tes swab sebanyak-banyaknya.

Ini bisa dibilang sebagai contoh yang bagus dalam menangani pandemi virus corona.

Baca Juga: Merinding Saat Nonton Film Tentang Kekejaman PKI, Jika Saja Tokoh PKI Bertindak Lebih Cepat, Mungkin Akan Jadi Seperti Ini Nasib Yogyakarta

Walau begitu, bukan berarti Jepang tidak terdampak.

Sebab, sama seperti negara lainnya, Jepang juga mengalami masalah ekonomi.

Dilaporkan, hampir 36.000 perusahan di Jepang terpaksa menutup bisnisnya karena terkena dampak virus corona baru.

Jumlah perusahaan yang tutup tahun ini bertambah drastis sejak pandemi.

Jumlah total perusahaan yang menutup bisnis, tapi tidak bangkrut, diperkirakan bisa mencapai 53.000 sampai akhir 2020 nanti.

Tokyo Shoko Research melaporkan, jumlah ini akan menjadi yang terbanyak sejak data serupa mulai dikumpulkan pada 2000 silam.

Lembaga riset tersebut mencatat, ada 35.816 perusahaan yang tutup pada periode Januari-Agustus 2020.

Jumlah tersebut meningka hingga 23,9% dari periode yang sama tahun lalu.

Angka itu setara dengan 1% dari keseluruhan perusahaan yang ada di Jepang, yang totalnya mencapai 3,58 juta perusahaan.

Baca Juga: Tragis, Asyik Berselingkuh dengan Atasannya, Polwan Ini Tinggalkan Putrinya di Dalam Mobil Patroli, Ketika Ditemukan Dia Sudah Tewas Terpangang

Jika diperinci, 31% perusahaan yang menutup bisnisnya datang dari sekotr jasa, 18% dari sektor konstruksi, dan 13% dari sekto ritel.

Pemerintah Jepang beserta bank sentral Bank of Japan telah mengambil sejumlah langkah sejak Maret untuk mencegah penutupan unit usaha.

Beberapa perusahaan sedang berjuang untuk tetap bertahan bukan karena krisis keuangan, tetapi karena prospek permintaan yang mungkin menurun.

Pandemi virus corona teras sangat menantang bagi perekonomian Jepang.

Negeri matahari terbit ini sempat mengalami kemerosotan ekonomi terbesar pada kuartal kedua lalu.

Analisis memperkirakan ekonomi Jepang pada kuartal ketiga hanya akan mengalami sedikit pemulihan saja.

Dampak ekonomi ini akan terus Jepang rasakan sampai beberapa tahun ke depan.

(Prihastomo Wahyu Widodo)

(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Dampak virus corona, hampir 36.000 perusahaan di Jepang menutup bisnisnya")

Baca Juga: Film G30S/PKI Sedang Diputar di Televisi Nasional, Bolehkah Anak-anak Menontonnya? Begini Pendapat dari KPAI

Artikel Terkait