Penulis
Intisari-Online.com -Meski urusan Laut China Selatan belum tuntas, militer Amerika Serikat mulai menyibukkan dirinya di Laut Hitam, dengan Rusia sebagai lawannya.
Hal ini tentu saja membuat fokus militer AS terpecah menjadi dua, antara Laut China Selatan dengan Tiongkok sebagai lawan dan Laut Hitam dengan Rusia sebagai penantang.
Dua lawan yang jelas-jelas memiliki kekuatan militer tidak main-main meski masih di bawah AS.
Apalagi, Rusia 'menyambut' kedatangan militer AS dengan sangat serius yang dianggap sebagian pihak mendekatkan keduanya pada pintu perang.
Baca Juga: Di Tengah Ketegangan dengan Rusia, Inggris Kerahkan Jet Tempur ke Laut Hitam
Kondisi Laut Hitam sendiri memanas seiring kehadiran kapal perang Amerika Serikat (AS) di perairan yang juga menjadi halaman Rusia itu.
Dua kapal Angkatan Laut AS memasuki Laut Hitam di waktu yang berbeda. Yakni, kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke USS Roosevelt (DDG 80) dan kapal transportasi cepat kelas Spearhead USNS Yuma.
Lewat akun Twitter-nya, Armada ke-6 Angkatan Laut AS mengumumnkan, USS Roosevelt memulai transit ke Utara dalam perjalanan ke Laut Hitam pada Selasa (15/9).
Sejurus kemudian, USNS Yuma memulai transit ke Utara menuju Laut Hitam pada Rabu (16/9).
Kehadiran USS Roosevelt maupun USNS Yuma di Laut Hitam, Armada ke-6 Angkatan Laut AS mengatakan, untuk memulai operasi maritim rutin.
"Armada ke-6 Angkatan Laut AS secara rutin beroperasi di Laut Hitam untuk mendukung sekutu dan mitra kami di wilayah tersebut," tulis Armada ke-6 Angkatan Laut AS di akun Twitter.
Kali keenam mengunjungi Laut Hitam
Mengutip siaran pers di situs resmi Armada ke-6, ini adalah kali keenam kapal Angkatan Laut AS mengunjungi Laut Hitam sejak awal 2020.
Kapal terakhir yang mengunjungi kawasan itu adalah kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke USS Porter (DDG 78) pada Juli, saat latihan gabungan bertajuk Sea Breeze 2020.
"USS Roosevelt telah menunggu kesempatan untuk mengarungi Laut Hitam bersama sekutu dan mitra NATO kami," kata Ryan R. Kendall, Komandan USS Roosevelt, dalam siaran pers.
“Pelayaran perdana USS Roosevelt (ke Laut Hitam) terbukti menjadi transit yang aman dan indah. Awal yang sangat baik untuk babak baru sebagai tambahan terbaru Armada ke-6 yang dikerahkan ke garis depan,” ujarnya.
Operasi kapal Angkatan Laut AS di Laut Hitam akan memperkuat interoperabilitas dengan sekutu dan mitra NATO. Dan, menunjukkan tekad kolektif untuk keamanan Laut Hitam di bawah Operasi Atlantic Resolve.
Angkatan Laut AS secara rutin beroperasi di Laut Hitam sesuai dengan hukum internasional, termasuk Konvensi Montreux.
USS Roosevelt adalah satu dari empat kapal perusak Angkatan Laut AS yang berbasis di Pangkalan Rota, Spanyol, dan ditugaskan ke Komando Satuan Tugas 65 untuk mendukung Pertahanan Rudal Udara Terpadu NATO.
Tak hanya di laut, AS juga mengirim pesawat tempur ke atas perairan Laut Hitam. Tiga pesawat pembom B-52 Stratofortress Angkatan Udara AS melakukan penerbangan pelatihan di atas Laut Hitam pada Senin (14/9).
Selama penerbangan, B-52 terintegrasi dengan pesawat tempur Su-27 Angkatan Udara Ukraina dan F-16 Angkatan Udara Rumania. Penerbangan tersebut untuk mendukung Gugus Tugas Pengebom Eropa NATO.
Rusia kirim kapal fregat
Tentu, kedatangan kapal perang dan pesawat tempur AS membuat Rusia siaga penuh.
"Kapal fregat (Rusia) Admiral Essen mengikuti pergerakan kapal perang AS," kata juru bicara Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia (NDCC) dalam pernyataan, Selasa (15/9) seperti dikutip kantor berita TASS.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan, kapal perang Angkatan Laut negara non-pesisir hampir terus-menerus berada di Laut Hitam.
"Dan, tentang armada (anggota NATO) di Laut Hitam, tidak hanya negara-negara regional yang memiliki armada dan kapalnya di sana," kata Shoigu.
"Ini telah menjadi (praktik) reguler. Kami melacak pergerakan (kapal-kapal itu)," ungkapnya dalam wawancara dengan channel Rossiya'1 seperti TASS lansir.
"Apa yang mereka lakukan di sana? Secara alami, kami melakukan yang terbaik untuk mencegah ancaman apa pun bagi negara kami," tambah Shoigu.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg sebelumnya mengatakan, aliansi memandang Laut Hitam sebagai kawasan strategis dan bermaksud untuk meningkatkan kehadirannya di sana.
Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Saat ketegangan Laut China Selatan mereda, giliran Laut Hitam memanas".