Ungkap Jika Virus Corona Adalah 'Buatan Manusia', Rupanya Sosok yang Sebutkan Itu Bukan Orang Sembarangan, Satu Taipan, Satunya Mantan Kepala Strategi Gedung Putih, Kebetulan?

May N

Penulis

Dari makalah ini terungkap jika virus Corona adalah virus buatan manusia, tapi ada kepentingan politik dalam makalah tersebut untuk gulingkan China

Intisari-online.com -Teori bahwa virus Corona adalah sebuah virus buatan manusia kembali mencuat.

Teori ini ramaikan publik setelah muncul penelitian non-peer- review yang menuduh virus Corona adalah patogen buatan.

Nama The Rule of Law Foundation muncul di halaman judul makalah yang terbit di repositori penelitian akses terbuka Zenodo Senin lalu.

Yayasan tersebut bukan yayasan sembarangan.

Baca Juga: 'Digoyang' Tiga Wanita, Pemimpin Negara Ini Blak-blakan Pesan Senjata Terbaru Rusia, Putin Bahkan Rela Gelontorkan Rp22,3 Triliun Sebagai Bukti Dukungan

Ada dua nama yang terkait dengan yayasan tersebut.

Yang pertama adalah buronan taipan China Guo Wengui.

Sedangkan yang kedua adalah mantan kepala strategi Gedung Putih Steve Bannon.

Dalam abstrak makalah, para peneliti mengatakan teori asal mula alami virus corona "meskipun diterima secara luas, kurang dukungan substansial".

Baca Juga: Viral X-ray Pasien Wanita Usia 55 Tahun Dipenuhi Susuk: Benarkah Susuk Mampu Ubah Pemakainya Jadi Cantik?

"Teori alternatif bahwa virus mungkin berasal dari laboratorium penelitian, bagaimanapun, disensor secara ketat pada jurnal ilmiah yang ditinjau oleh rekan sejawat," katanya.

Penulis pertama studi ini adalah Yan Limeng, mantan peneliti postdoctoral di University of Hong Kong (HKU).

Yan menuduh Juli lalu jika HKU membungkamnya ketika ia mengklaim telah temukan di awal pandemi bahwa virus Corona dapat ditularkan antar manusia.

Yan membuat tuduhan itu di Fox News dan mengklaim ia membuat penemuan tiga minggu sebelum pemerintah China mengkonfirmasi penularan virus Corona dari manusia ke manusia pada 20 Januari.

Baca Juga: Uni Emirat Arab dan Bahrain Hanya 'Jembatan', 'Grand Prize' yang Paling Diincar Amerika Agar Sudi Berdamai dengan Israel adalah Negara Ini, Muslim Dunia akan Gempar

HKU kemudian menampik tuduhan tersebut, dan katakan Yan tidak melakukan penelitian tentang virus Corona pada Desember atau Januari.

The Rule of Law Foundation adalah dua badan amal yang berbasis di New York dan didanai oleh sumbangan sebanyak 100 juta Dolar AS dari Guo pada November 2018 lalu.

Bannon sebutkan yayasan itu dibuat untuk membantu para korban penganiayaan pemerintah Tiongkok.

Bannon telah mengidentifikasi dirinya sebagai ketua Rule of Law Society, salah satu badan amal anak dari Rule of Law Foundation.

Baca Juga: Masker Scuba Tidak Boleh Dipakai, Ini 5 Jenis Masker yang Direkomendasikan WHO untuk Cegah Covid-19, Justru Masker yang Dibuat dari Bahan Ini yang Dibolehkan

Guo adalah taipan real estate yang melarikan diri dari China pada tahun 2014 setelah tahu jika salah seorang rekannya telah ditangkap atas tuduhan korupsi.

Kemudian di New York, ia berkampanye untuk menggulingkan Partai Komunis China, membuat sejumlah tuduhan yang belum diverifikasi tentang pemimpin partai.

Kemudian sejak meninggalkan Gedung Putih tahun 2017, Bannon terus-terusan muncul bersama Guo dalam lusinan video yang menyerang partai.

Bannon ditangkap bulan lalu di Connecticut saat ikut berlayar di kapal pesiar Guo.

Baca Juga: 'Anal Malaysia', Ketika Jagat Dunia Maya Negeri Jiran Digemparkan Sebuah Poster, Niatnya Bangkitkan Patriotik, Akhirnya Malah Amarah yang Terpantik

Ia ditangkap dengan tuduhan bahwa dia menipu para donor dalam upaya penggalangan dana pribadi.

Senin kemarin Yan mengatakan di Twitter jika Zenodo diretas setelah makalah itu diterbitkan.

Akun Twitter Yan, yang memiliki hampir 60 ribu pengikut juga ditangguhkan, meski tidak jelas alasannya.

Juru bicara Twitter mengatakan perusahaan tidak dapat mengkomentari kasus individual.

Baca Juga: 2 Hari Nangkring di Laut Natuna hingga Diusir Paksa, Pemerintah China Bantah Keras Kapal Penjaga Pantainya Terobos Wilayah Indonesia, 'Kami Cuman Patroli'

Sedangkan tiga ilmuwan lainnya terdaftar sebagai rekan penulis di atas kertas, tapi pekerjaan mereka sebelumnya tidak dapat ditemukan.

Cukup aneh bahwa kredensial peneliti tidak dimasukkan dalam penelitian, dan tidak ada penjelasan tentang kaitan mereka dengan yayasan atau peran mereka dalam penelitian.

Tidak ada juga tanggapan atas permintaan komentar yang dikirim ke alamat email yang tercantum di atas kertas.

Diplomat China Zhao Lijian mengatakan pada Maret lalu jika virus ini mungkin saja melarikan diri dari laboratorium militer AS dan dibawa ke kota Wuhan.

Baca Juga: 'Bangkit dari Kematian'. Adik Kim Jong-un Malah Bikin Kakaknya Dipuja Bak Manusia Maha Sempurna, Cuci Otak Anak TK Lewat 90 Menit 'Pendidikan Agung' Setiap Hari

Pejabat AS sementara itu menyebutkan patogen dapat dilacak kembali ke laboratorium di Institut Virologi Wuhan.

Sampai saat ini tidak ada bukti yang tersedia secara publik untuk mendukung klaim tersebut dan para ilmuwan telah menolak teori ini.

Analisis di jurnal Nature mengatakan virus ini tidak memiliki ciri khas rekayasa genetika.

Makalah Yan mengatakan artikel Nature terperosok oleh "konflik kepentingan", tapi tidak memberikan bukti untuk mendukung klaim tersebut.

Baca Juga: Incest dengan Sepupunya, Charles Darwin Putus Asa karena Anak-anaknya Sakit-sakitan: 'Kami Adalah Keluarga yang Celaka dan Harus Dimusnahkan'

Ia juga mengatakan "urutan genom Sars-CoV-2 secara mencurigakan mirip dengan virus korona kelelawar yang ditemukan oleh laboratorium militer di Universitas Kedokteran Militer Ketiga (Chongqing, Cina) dan Institut Penelitian untuk Pengobatan Komando Nanjing (Nanjing, Cina)”.

Artikel Terkait