Panen Nutrisi dan Rezeki dari Buah dan Sayur 'Jelek', Kurangi Food Loss

Mentari DP

Penulis

Panen Abnormal menggandeng petani hingga e-commerce TaniHub untuk membuat buah dan sayur hasil panen petani dengan fisik jelek lebih mudah terjual.

Intisari-Online.com - Buah dan sayuran dengan bentuk tidak sempurna kerap kali tidak lolos kurasi lantai penjualan retail, toserba, juga pasar.

Yang tidak lolos kurasi ini, biasanya kulitnya berkarat alias ada sisa getah saat dipetik, ada bintik, bintik, bentuk yang lebih kecil dan miring kanan kiri, atau tidak berbentuk umumnya visual si jenis buah.

Contoh, wortel berujung dua, atau apel yang besar di satu sisi.

Pembeli sendiri cenderung memilih buah yang bentuknya bagus, berkulit mulus, dan minim cacat.

Baca Juga: Bukan Hanya Buah dan Sayur untuk Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Guna Demi Cegah Paparan Covid-19, Ini Makanan Lain yang Bisa Dikonsumsi

Praktik ini rupanya menjadi penyumbang 40% dari 1,3 miliar ton makanan terbuang per tahunnya di seluruh dunia menurut data Food and Agriculture Organization (FAO).

Indonesia sendiri menjadi negara kedua terbesar pembuang makanan di dunia setelah Arab Saudi, berdasar data Barilla Center for Food & Nutrition 2016.

Beberapa tahun belakangan, beberapa koki dan startup di penjuru dunia mencoba merespons permasalahan yang berimbas pada lingkungan dan lebih besar, masalah kesejahteraan ini.

Kampanye dan pergerakan untuk mengonsumsi buah dan sayur berfisik di bawah standar retail dihelat koki dan para pegiat di sektor makanan dan agrikultur.

Baca Juga: Menguak Misteri Buah Berbentuk Wanita yang Konon Hanya Tumbuh 20 Tahun Sekali di Thailand, Tak Disangka di Negeri Mendapatkan Buah Semacam Itu Sangat Mudah

Pergerakan ini sebagian berbasis nonprofit, ada juga yang berbasis bisnis.

Salah satu upaya pun datang dari Indonesia, dengan nama Panen Abnormal.

Laurentia Mellynda, Co-Founder Panen Abnormal, menuturkan, bisnisnya pada dasarnya menjual dan memanfaatkan buah dan sayur yang secara fisik tidak mulus dan kerap tidak lolos kurasi untuk dijual di toko-toko sekitar Jabodetabek.

Gagasan Tia muncul ketika ia dan teman-temannya beberapa kali mendapati insiden saat membantu petani memasok buah-buahan dan sayuran ke pasar swalayan.

Salah satunya, saat satu truk penuh hasil bumi ini sampai di gudang supermarket, buah yang lolos kurasi hanya 100 kilogram dari 1 ton yang dibawa.

Penolakan ini, menurut Tia, juga dipengaruhi karena banyaknya hasil panen musim itu, sehingga tidak semuanya dibeli pihak supermarket.

Kelebihan suplai alias hasil panen berlebih, juga termasuk ugly produce atau kategori buah dan sayur tidak sempurna.

Sebab, kelebihan panen tidak jarang membuat harga buah terjun bebas.

Tia menuturkan, potensi buah tidak terjual pun lebih besar, karena retail dan pembeli lebih bebas memilih buah dengan fisik berestetika dan berkualitas terbaik.

Lebih-lebih, rak pajang toko swalayan cenderung terbatas, sementara stok buah dan sayur punya jangka waktu terbatas untuk tetap segar sebelum membusuk.

Berawal dari penolakan di pasar swalayan ini, Tia dan kawan-kawannya memutar otak agar buah-buah dan sayuran para petani tidak hanya berakhir sebagai makanan larva.

Baca Juga: Jangan Salah Kaprah Lagi! Tidak Semua Buah-buahan Bisa Disimpan di Dalam Kulkas, Ini Risikonya!

Dengan begitu, buah yang sudah membusuk atau tidak bisa dikonsumsi manusia saja yang diproses menjadi pupuk cair atau kompos.

“Agar terserap atau dikonsumsi manusia juga, jadi jerih petani ini tidak hanya dijadikan kompos,” tutur gadis yang juga memiliki bisnis keluarga seputar pupuk dan pestisida ini.

Jangan Ada yang Busuk

Mengambil landasan gerakan agrimovement, lulusan Santa Clara University, area Silicon Valley, Amerika Serikat ini mengusung gerakan tidak sempurna untuk menghargai buah-buah tidak sempurna.

Alhasil, lahirlah Panen Abnormal dengan menjual buah-buah yang tidak lolos kurasi dan tidak terjual ini dijajakan online lewat platform marketplace yang mengalami pengiriman ke Jabodetabek dan Bandung.

Dengan demikian, buah-buah yang tidak terjual tidak perlu dikirim balik ke petani di daerah Jawa Barat.

Biaya transportasi yang dibebankan ke petani jadi lebih minim, begitupun jejak karbon yang disisakan dari pengiriman jalur darat.

Buah-buahan dan sayuran di Panen Abnormal sendiri dipasok dari rekanan petani di Jawa Barat.

Mengingat jaraknya yang masih terjangkau dari Jabodetabek, area operasional bisnis Panen Abnormal.

“Kami sempat juga bekerja sama dengan TaniHub kemarin,” tutur Tia.

Buah-buahan di TaniHub, aplikasi e-commerce penjual hasil pertanian, juga disalurkan Panen Abnormal agar dapat membantu hasil panen para petani lebih mudah terserap oleh konsumen potensial.

Baca Juga: Nagita Slavina Beli Melon di Jepang Hampir Rp1 Juta, Ternyata Ini Alasan Harga Buah di Jepang Mahal

Buah-buah dijual sebelumnya juga dikurasi Panen Abnormal agar tidak ada buah bonyok dan busuk yang disimpan sebagai stok.

Buah-buahan dan sayuran ini lalu dihargai dengan fair trade price.

“Harganya masih oke banget (untuk petani), meski jauh ya kalau (dibandingkan) dengan supermarket,” tutur Tia.

Ada yang diolah

Ada saja buah yang sudah overripe saat dikurasi Panen Abnormal. Buah kelewat matang ini biasanya sudah lebih benyek kalau dipegang, tidak firm atau kokoh seperti yang baru saja matang.

Agar tidak busuk bila disimpan lebih lama lagi, buah-buahan ini disalurkan dengan rekanan UMKM Panen Abnormal untuk diolah dengan kreativitas kuliner.

Contoh, yoghurt gelato dengan potongan buah mangga, bluberi, dan strawberi asli, juga jamu, hasil kerjasama Panen Abnormal dengan Everydaycplus.

Dengan produk olahan yang enak dan menggiurkan, hasil panen buah dan sayur para petani dibuat lebih mudah untuk dijual ke masyarakat, dengan nilai ekonomi yang masih baik.

Baca Juga: Tidur Anda Tidak Nyenyak? Coba Saja Konsumsi 4 Makanan Sejuta Umat Ini, Dijamin Anda Langsung Dapat Tidur dengan Nyenyak!

Artikel Terkait