Pada awal 2000-an, para ahli yang telah lama memusatkan perhatian pada konflik Israel-Palestina, mengatakan itu sebagai krisis sentral di Timur Tengah.
Ditambah kedatangan Amerika Serikat yang membuat perang itu semakin rumit.
Tapi kini, mereka melihat konflik itu sebagai kondisi untuk strategi “luar-dalam” menjadi jauh lebih baik.
Sehingga untuk pertama kalinya, Palestina hampir jadi tontonan Timur Tengah.
Belum lagi ada fakta pengakuan Amerika Serikat atas aneksasi Israel atas Dataran Tinggi Golan.
Ada juga kekhawatiran yang disuarakan oleh pemerintah Arab terhadap pengakuan Amerika Serikat atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Dan dalam kedua kasus tersebut, sudah tidak ada jalan bagi Palestina.
Walau sudah ada protes dari Palestina, UEA tetap menandatangani perjanjian normalisasi yang melanggar jalan dengan Israel.
Lalu ketika Liga Arab menolak permohonan Palestina untuk mengutuk UEA atas perjanjian itu.
Dan ketika Arab Saudi secara terbuka mengizinkan pesawat El Al melintasi wilayah udaranya.