Ribut dengana Yunani Atas Klaim Mediterania Timur, Turki Keluarkan Ancaman Militer pada Uni Eropa, Siap Lakukan Apapun Demi Jaga Martabatnya

Tatik Ariyani

Penulis

Intisari-Online.com -Turki telah mengeluarkan ancaman militer kepada Uni Eropa,memperingatkan Presiden Recep Tayyip Erdogan siap untuk apa pun ketika ketegangan atas Mediterania Timur meningkat.

Dalam pidatonya, Erdogan mengatakan akhir pekan ini bahwa Turki siap untuk setiap kemungkinan dan konsekuensi terkait masalah Mediterania Timur.

Melansir Daily Express, Minggu (6/9/2020), berbicara pada upacara pembukaan sebuah rumah sakit di Istanbul, Erdogan menekankan bahwa Turki memiliki "kekuatan politik, ekonomi, dan militer untuk menentang rencana dan dokumen tidak bermoral yang diberlakukan oleh yang lain".

Seperti diketahui, Turki dan Yunani telah terlibat dalam perselisihan sengit mengenai klaim sumber daya hidrokarbon potensial di wilayah tersebut.

Baca Juga: Hancurkan Benda Kuning yang Ia Temukan Mengambang di Laut, Pria Ini Menyesal, Kesempatan Dapat Uang Ratusan Juta Lenyap Seketika

Klaim tersebut didasari atas perbedaan pandangan tentang luas landas kontinen keduanya.

Turki mengirim kapal survei, dikawal oleh fregat, untuk mengeksplorasi minyak dan gas di perairan yang diklaim oleh Yunani.

Menurut Yunani, tindakan tersebut dinilai ilegal bulan lalu.

Tabrakan antara kapal perang Yunani dan Turki yang membayangi kapal survei bulan lalu menyoroti risiko konflik sementara Turki juga melakukan latihan militer.

Baca Juga: Mau Bikin Camilan Buat Anak-anak yang Sedang Belajar di Rumah, Coba Tambahkan Bahan Rahasia Ini Saat Goreng Pisang, Hasilnya Lebih Renyah, Coba Yuk!

Uni Eropa telah menjatuhkan sanksi ringan terhadap Ankara atas masalah ini.

27 pemimpin Uni Eropa akan segera menanganinya lagi pada pertemuan mendatang di Brussel.

Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel, yang akan menjadi tuan rumah pertemuan tersebut, mengatakan bahwa Uni Eropa akan menegaskan kembali dukungannya untuk kedaulatan Yunani dan Siprus.

Michel, yang akan melakukan perjalanan ke Yunani, Siprus dan Malta sebelum KTT, juga mengusulkan konferensi internasional di Mediterania timur yang melibatkan pihak-pihak kunci dan NATO.

Michel mengatakan pertemuan itu bisa membahas masalah rumit perbatasan laut di Mediterania timur, energi, keamanan, dan migrasi.

Baca Juga: Di Penjara Bukannya Tersiksa, Para Penjahat yang Dihukum di Pulau Terpencil Ini Justru Bahagia Karena Hal Berikut

Dalam sebuah pernyataan, Michel mengatakan mereka fokus pada pendekatan "wortel dan tongkat" (imbalan dan hukuman) ketika mereka bertemu pada 24 dan 25 September.

Dia menambahkan: “Itu bisa menjadi cara terbaik untuk menurunkan ketegangan di kawasan dan menawarkan media untuk dialog.

"Apa yang terjadi, apa yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir, tidak bisa dilanjutkan."

Prancis telah mendukung Yunani di Mediterania timur, bergabung dengan latihan militer dengan Italia, Yunani, dan Siprus di tengah konflik klaim Yunani-Turki atas landas kontinen di wilayah eksplorasi minyak dan gas alam.

Tetapi Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavuşoğlu mengatakan Prancis adalah negara yang paling memprovokasi Yunani di Mediterania timur dan mendesak Paris untuk bekerja sama dengan Turki untuk mencapai stabilitas regional.

Baca Juga: Segera Hentikan Kebiasaan Tidur Pakai Kipas Angin, Hati-hati, Ternyata Dampaknya Buruk Bagi Kesehatan!

Dia menambahkan: "Tidak perlu perilaku histeris seperti itu dari Prancis, itu membuat mereka terlihat menggelikan.

"Kami adalah dua negara anggota NATO."

Hubungan antara Uni Eropa dan Turki dapat dilihat sebagai hubungan bilateral karena Turki telah lama mengupayakan peningkatan serikat pabeannya dengan Uni Eropa.

Prosesnya terhenti karena undang-undang anti-terorisme Presiden Erdogan yang mendukung pemenjaraan luas terhadap lawan-lawannya setelah kudeta militer 2016 yang gagal.

Baca Juga: Padahal Sudah 60 Tahun Lebih Menunggu Jadi Pewaris Ratu Elizabeth II, Pangeran Charles Malah Dikabarkan Akan Serahkan Takhta pada Pangeran William, Mengapa?

Artikel Terkait