Advertorial
Intisari-Online.com -Turki di bawahPresiden Tayyip Erdogan kian membuat Yunani jadi bulan-bulanan kebijakannya.
Sebelumnya Turki mengubah museum Hagia Sophia, yang memiliki sejarah penting bagi umat Kristiani Yunani, menjadi masjid.
Kini, Turki mulai berani wilayah sengketa kedua negara yang kaya akan sumber daya alam.
Bahkan Turki sudah berani melakukan eksplorasi di wilayah yang sebenarnya belum memiliki kejelasan tentang kepemilikan.
Ketika empat negara termasuk Yunani dan salah satu sekutu terbaik Amerika Serikat menggeser militernya demi mendesak Turki, Erdogan malah mengancam balik.
Erdogan menegaskan, Turki bertekad untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk mendapatkan haknya di Laut Hitam, Aegea, dan Mediterania.
"Kami tidak akan berkompromi atas apa yang menjadi milik kami. Kami bertekad untuk melakukan apa pun yang diperlukan," tegas Erdogan, Rabu (26/8), seperti dikutip Reuters.
Pernyataan Erdogan sehari setelah Menteri Luar Negeri Jerman berupaya meredakan ketegangan antara Turki dan Yunani dalam perselisihan mereka atas kendali di perairan Mediterania Timur.
Berbicara di sebuah acara memperingati kemenangan militer abad ke-11 oleh Seljuk Turki atas kekaisaran Bizantium di Malazgirt, Erdogan juga meminta rekan-rekan Ankara untuk menghindari kesalahan yang menurutnya akan membawa kehancuran mereka.
Ketegangan antara Turki dan Yunani meningkat setelah Ankara mengirim kapal survei Oruc Reis ke perairan Mediterania Timur yang disengketakan bulan ini, tindakan yang Athena sebut ilegal.
Turki dan Yunani, sekutu NATO, sangat tidak setuju atas klaim atas sumber daya hidrokarbon di daerah tersebut berdasarkan pandangan yang bertentangan tentang sejauh mana landas kontinen mereka di perairan yang sebagian besar dihiasi dengan pulau-pulau Yunani.
“Jika ada orang yang mau menerima akibatnya, mereka dipersilakan untuk menghadapi kami. Jika tidak, maka mereka harus pergi agar kami bisa menangani urusan kami sendiri,” kata Erdogan.
Mediterania Timur berubah menjadi area ketegangan
Jerman berusaha menengahi antara Ankara dan Athena. Yunani dan Turki mengatakan, mereka menginginkan dialog. Tapi, masing-masing memperingatkan, mereka akan terus mempertahankan hak-hak mereka di wilayah tersebut.
Suasana semakin memanas setelah Prancis, yang merupakan salah satu pentolan NATO, bergabung dengan latihan militer dengan Italia, Yunani, dan Siprus di Mediterania Timur.
“Mediterania Timur berubah menjadi area ketegangan. Menghormati hukum internasional harus menjadi aturan dan bukan pengecualian," kata Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly di Twitter, Rabu (26/8).
"Itu tidak boleh menjadi arena bermain ambisi beberapa orang," tegasnya seperti dilansir Reuters.
Parly mengatakan, tiga jet tempur Rafale dan sebuah kapal perang yang dilengkapi dengan helikopter Prancis akan menjadi bagian dari latihan militer gabungan Italia, Yunani, dan Siprus di Mediterania Timur.
“Pesan kami sederhana: prioritaskan pada dialog, kerjasama dan diplomasi sehingga Mediterania Timur menjadi wilayah yang stabil dan menghormati hukum internasional,” ujar Parly.
Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Kian panas, Erdogan: Jika ada yang mau menerima akibatnya, silakan hadapi kami".