Find Us On Social Media :

Warga Indonesia Boleh Bernapas Lega, Vaksin Merah Putih Sudah 50% Siap, Ditargetkan Siap Pakai pada Akhir Tahun 2021 dan Bisa Digunakan Serempak

By Mentari DP, Sabtu, 5 September 2020 | 11:55 WIB

Vaksin virus corona (Covid-19).

Intisari-Online.com - Setiap negara tengah berusaha membuat vaksin virus corona (Covid-19).

Tak terkecuali Indonesia.

Menurut Kepala Lembaga Biologi Molekuler Lembaga EijkmanAmin Soebandrio, pengembangan vaksin Merah Putih saat ini terus berjalan.

Ia mengatakan, proses pengembangan vaksin untuk Covid-19 itu sudah 50 persen.

Baca Juga: Digadang-gadang Seperti Wuhan, Ternyata Bali Jadi Provinsi Terbaik dalam Menangani Covid-19 di Indonesia, Jumlah Kasus Rendah Walau Didatangi Ratusan Ribu Turis, Punya 54 Kebijakan!

"Sudah 50 persen, kami tinggal menunggu protein rekombinan itu dari sistem ekspresi yang menggunakan sel mamalia," kata Amin pada Jumat (4/9/2020).

Amin berharap dalam dua sampai tiga bulan ke depan Eijkman bisa melakukan uji praklinis vaksin Merah Putih pada hewan yang dikembangkan dengan platform subunit protein rekombinan.

"Diharapkan bisa selesai di awal tahun depan," kata Amin.

Mengenai kemajuan proses pengembangan vaksin, Amin menjelaskan bahwa saat ini Lembaga Eijkman sudah bisa mengamplifikasi gen sasaran dari bagian virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Baca Juga: Militer China Dinilai Bar-bar Terhadap Warga Hong Kong, PBB Kirim Surat Kritik kepada Pemerintah Negeri Panda, 'Mereka Melanggar Banyak Hal...'

Gen itu sudah diklon dan klon-klonnya sudah dimasukkan ke dalam sel mamalia dan sel ragi yang merupakan sistem ekspresi.

"Kami mengembangkan dua sistem (ekspresi), satu dengan menggunakan sel mamalia dan kedua dengan sel ragi," kata Amin.

Proses berikutnya, menurut dia, adalah menunggu sel-sel itu mengekspresikan protein rekombinan yang sudah didesain.

Jika sudah didapatkan protein rekombinan, maka protein rekombinan itu akan disuntikkan pada hewan dalam tahapan uji praklinis.

Pengujian praklinis itu diharapkan selesai pada awal 2021 dan bibit vaksinnya bisa diserahkan ke PT Bio Farma, yang akan memformulasikan bibit vaksin agar bisa disiapkan untuk uji klinis pada manusia.

"Dari skala laboratorium ke skala industri itu harus diformulasikan kembali untuk disiapkan untuk bisa disuntikkan ke manusia," kata Amin.

Amin mengatakan bahwa uji klinis fase satu pada manusia akan bisa dilakukan pada trimester kedua tahun 2021.

Uji klinis fase satu bisa dilakukan setelah kandidat vaksin diformulasikan agar bisa disuntikkan ke manusia dan Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Komisi Etik di Kementerian Kesehatan memberikan izin.

"Proses perizinan itu diharapkan lebih singkat mungkin dalam dua minggu sudah selesai," kata Amin.

Menurut Amin, kemungkinan vaksin Merah Putih bisa diproduksi massal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia pada akhir 2021.

Dia menjelaskan pula bahwa Lembaga Eijkman mulai mengembangkan vaksin dengan platform lain.

Baca Juga: Dibelenggu Rantai hingga Dipaksa Minum Obat di Tengah Pandemi Covid-19, Malaysia Tolak Permintaan Ekstradisi Pengungsi Muslim Uighur ke China, 'Kami Tidak Akan Melakukannya'

"Itu hanya sebagai cadangan saja, bukan sebagai mainstream, artinya kami juga mempelajari apa yang sudah dilakukan di China dengan whole virus.

Tapi itu bukan yang utama, yang utama adalah (yang berbasis) protein rekombinan," ujarnya.

Di kesempatan yang sama, Peneliti LBM Eijkman R Tedjo Sasmono memproyeksikan vaksin Covid-19 dirilis pertengahan 2021 hingga akhir tahun depan setelah lolos uji klinis.

Menurutnya, vaksin bisa lebih cepat dirilis kalau ada dukungan melakukan penelitiannya dari mitra terkait seperti BUMN Penghasil Vaksin Bio Farma.

"Kemudian bareng-bareng melakukan penelitian, misalnya dalam produksi protein di hewan mamalia dilakukan secara paralel, jadi lebih cepat," katanya.

Selain itu, dia melanjutkan, percepatan juga bisa dilakukan dengan adanya dukungan dari regulator yaitu Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Sebab, dia melanjutkan, untuk dinyatakan lulus uji klinis oleh BPOM dalam situasi normal bisa selama bertahun-tahun.

"Karena uji klinis dilakukan secara berurutan yaitu fase 1, 2, 3."

"Kalau ketiga fase itu dilakukan paralel selama pandemi, jadi tidak perlu berurutan maka bisa lebih cepat," ujarnya.

Vaksinasi serempak

Sementara itu PB IDI menyarakan kepada Pemerintah agar nantinya proses vaksinasi digelar serempak.

"Soal vaksin ini kita memang kami usulkan ini harus gotong royong, masyarakat kita ada yang dibantu pemerintah tapi ada yang bisa mandiri."

Baca Juga: Beda Jauh, Jika Anak Kembar Albino di Wonogiri Viral dan Sering Diajak Swafoto, di Tempat Ini Orang-Orang Albino Diburu, Dibantai, dan Diambil Organnya untuk Ilmu Sihir

 

"Sebab vaksin kekuatan untuk melindungi ada keterbatasan waktu 6 bulan," kata Ketua PB IDI Daeng M Faqih kepada wartawan, Kamis (3/9/2020).

"Kalau bisa jangka waktu yang dibutuhkan 6 bulan harus selesai Supaya COVID-19 cepat mereda vaksinasi ini harus dilaksanakan serempak," sambungnya.

Kata Daeng, bagi masyarakat yang tidak mampu membeli vaksin pemerintah harus membantu.

Namun bagi yang kaya, diharuskan membeli mandiri.

Ia melanjutkan, berkaitan dengan pelaksanaan penyuntikan vaksin, pihaknya berkomitmen membantu Satgas COVID-19.

Dengan ini proses akan cepat selesai.

"Kami organisasi profesi, perawat, ikatan bidan yang biasa vaksinasi di lapangan, mungkin kalau ada profesi kesehatan lainnya bisa bantu ini bantu Satgas," beber dia.

"Pada saatnya penyuntikan vaksin di lapangan, bahkan sampai tingkat kecamatan," ujarnya.

Sejauh ini ada beberapa kemungkinan vaksin yang akan digunakan di Indonesia dalam waktu dekat.

Yang paling potensial adalah vaksin milik Sinovac dan Sinopharm dari China.

Keduanya sudah berkomitmen menyediakan bulk vaksin untuk Indonesia.

Ditargetkan akhir tahun vaksin siap pakai sudah tiba di Indonesia. 

(tribun network/fah/kps/dod/Dennis Destryawan)

(Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Vaksin Merah Putih Sudah 50 Persen, Bakal Diproduksi Massal Akhir 2021")

Baca Juga: Covid Hari Ini 5 September 2020: Anies Baswedan Sebut Kondisi Jakarta Mengkhawatirkan, 'Hampir Sentuh Angka 1.000 Kasus Setiap Hari'