Find Us On Social Media :

Rakyat Kelaparan Bahkan Mayat Tergeletak, Seolah Hal Biasa di Korea Utara, Kim Jong-un Membuat Rakyatnya Tak Menyadari Kekejaman yang Terjadi, Pembelot Korut: 'Saya Tidak Tahu Sedang Berdoa kepada Diktator'

By Khaerunisa, Jumat, 4 September 2020 | 11:40 WIB

Kim Jong-un

Baca Juga: Ketegangan China dan AS di Laut China Selatan Masih Meningkat, Diyakini Ini Dampak Buruk Bagi Indonesia Jika Perang Terbuka Terjadi

"Jika mereka hanya menghabiskan 20 persen dari apa yang mereka habiskan untuk membuat senjata nuklir, tidak ada yang harus mati di Korea Utara karena kelaparan tetapi rezim memilih untuk membuat kita lapar," katanya.

Aktivis itu melarikan diri dari Korea Utara di usia 13 tahun dengan menyeberang ke China sebelum ditangkap oleh pedagang manusia.

Setelah melarikan diri dari para penculiknya, dia dan ibunya melarikan diri ke Mongolia dan mencari perlindungan di Korea Selatan, sebelum pindah ke AS.

Baca Juga: Buat Timor Leste Nyaris Kehilangan Satu-satunya Harapan Keluar dari Kemiskinan, Skandal Penyadapan Intelijen Australia Malah Diminta Dilupakan Begitu Saja oleh Penerus Xanana Gusmao Ini

Kini, dia inggal di Chicago bersama suaminya dan telah menjadi aktivis hak asasi manusia.

Setelah semua yang terjadi, Yeonmi mengatakan, dia bersyukur bisa lahir di Korea Utara meski mengalami kesulitan.

Pasalnya, dengan begitu, matanya dapat terbuka dari 'kegelapan'.

"Jika saya tidak dilahirkan dalam penindasan dan kegelapan total, saya tidak berpikir saya akan melihat terang di sini," katanya.

Baca Juga: Tinggalkan Keramaian dan Menyendiri di Gunung, Pria Asal Jawa Timur Memilih Hidup Sebagai Petapa Sejak Tahun 2000, Kisah Hidupnya Sungguh Mengejutkan

(*)

 

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini