Problema Sampah Kemasan Makanan Bikin Sampah Semakin Menimbun, PRAISE Kenalkan Program Packaging Recovery Organization (PRO) Demi Jawab Itu, Seperti Apa?

May N

Penulis

Intisari-online.com -Selama ini sampah kemasan makanan dan minuman menjadi masalah sendiri.

Pengelolaan sampah lama-lama makin sulit dikendalikan dan pengeluaran sampah semakin banyak setiap harinya.

Menghadapi tantangan itu, PRAISE (Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment) atau Asosiasi Untuk Kemasan dan Daur Ulang Bagi Indonesia yang Berkelanjutan luncurkan program Packaging Recovery Organization (PRO).

Peluncuran program itu dilaksanakan secara virtual beserta sejumlah pemangku kepentingan lainnya.

Baca Juga: Disukai Banyak Orang, Siapa Sangka Minuman Ini Jadi Penyebab Mendiang Yana Zein hingga Atun Idap Penyakit Mematikan, Segera Kurangi!

Peluncuran virtual tersebut menggambarkan bagaimana PRO dapat menjadi salah satu solusi inovatif untuk menanggapi berbagai isu yang terdapat pada penanganan sampah kemasan di Indonesia, dengan melibatkan sektor formal maupun informal untuk mewujudkan sistem yang terintegrasi.

Sinergi dan komitmen yang terbentuk oleh berbagai pemangku kepentingan merupakan respons industri yang sejalan dengan upaya Pemerintah Indonesia dalam peningkatan sistem manajemen persampahan dan penerapan ekonomi sirkuler.

Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per Februari 2019, jumlah timbulan sampah secara nasional mencapai 175.000 ton per hari atau setara dengan 64 juta ton per tahun.

Terlebih lagi, urgensi pengelolaan sampah di tengah kondisi pandemi global saat ini semakin terasa.

Baca Juga: Dari Kabar Koma Sampai Meninggal Dunia Hinggapi Kim Jong-Un, Siapa Sangka Rumor Tidak Sedap Itu Berasal dari Sosok Dengan Sejarah Mengerikan Ini!

Indonesian Environmental Scientists Association (IESA)2 mengungkapkan adanya kenaikan tajam pada timbulan sampah sekitar 23 ton per hari di bulan Maret ke Mei, atau sebesar 70% dibandingkan dengan sebelum pandemi.

Sehubungan dengan situasi tersebut, program PRO yang terbentuk dalam masa pandemi COVID-19 ini sangat relevan dan merupakan komitmen nyata untuk mendukung terciptanya praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Hadir dalam peluncuran, Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, menyatakan apresiasi dan dukungannya terhadap program PRO yang diinisiasi oleh PRAISE.

“Pemerintah Indonesia telah menargetkan pengurangan timbulan sampah plastik sampai dengan 70% di lautan pada tahun 2025, dan bebas dari kebocoran sampah plastik ke lautan pada tahun 2040.

Baca Juga: Covid Hari Ini 27 Agustus 2020: Kasus Virus Corona di Dunia Mencapai 24 Juta, Dokter di Korea Selatan Mogok Kerja

"Target tersebut akan kami realisasikan melalui beberapa program terkait pengolahan sampah spesifik berdasarkan sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya, yang memerlukan pengelolaan khusus.

"Tentunya, kami harap kehadiran PRO dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian target ini.”

Melalui Extended Stakeholder Responsibility (ESR), PRAISE melibatkan beragam pemangku kepentingan untuk menyediakan perspektif agar keberhasilan program PRO dapat menjadi mesin perubahan ekonomi, sosial, serta lingkungan.

Sebagai komponen penting dalam ESR, PRO memiliki kerangka operasional yang diadaptasi dalam konteks Indonesia, sebagai berikut:

Baca Juga: Termasuk Pentolan NATO, Empat Negara Siap Mengepung Turki, Erdogan Malah Blak-blakan Tantang Balik, Kawasan Kaya Hidrokarbon Ini Biang Keladinya

Baca Juga: China Dijamin Rugi Besar, AS Masukkan 24 Perusahaan China dalam Daftar Hitam Karena Disebut Terlibat dalam Konflik Laut China Selatan

“Kami harap keberadaan PRO dapat memberikan sudut pandang dan inovasi baru dalam menghadapi berbagai tantangan pada pengelolaan sampah dan percepatan praktik ekonomi sirkuler di Indonesia. Besar harapan kami agar pemerintah, sektor industri, dan sektor informal maupun semi-informal lainnya dapat bergabung dalam inisiatif ini untuk mewujudkan Indonesia yang lestari,” ujar Karyanto Wibowo, Ketua Umum PRAISE.

Badan Pusat Statistik Indonesia mengidentifikasi bahwa permasalahan timbulan sampah di Indonesia berpotensi untuk memacu percepatan pemanasan global dan perubahan iklim.

Apabila dianalisis lebih mendalam, kurangnya sistem dan integrasi mengakibatkan tidak adanya pilihan bagi konsumen dalam mengelola sampahnya.

Rumah tangga dan industri kecil terpaksa membuang sampah dengan cara yang membahayakan lingkungan, yaitu dengan dibakar, dibuang ke aliran air sekitar, dan dibuang di tanah atau dikubur.

Baca Juga: Sepakat Untuk Berdamai, Menantu Donald Trump Akan Jadi Orang Pertamayang Menikmati Penerbangan Komersial antara UEA dan Israel, 'Sekarang Es Telah Pecah'

“Implementasi ekonomi sirkuler yang optimal, sebagaimana yang diterapkan oleh PRO, tentu dapat membantu keberlanjutan pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya pada pengelolaan sampah yang mendaur ulang sampah plastik menjadi bahan lain yang bermanfaat.

"Selain kebijakan dan regulasi yang sudah ada serta peningkatan edukasi kepada masyarakat, integrasi yang baik antara semua pihak yang terlibat akan sangat dibutuhkan guna mencapai target pada tahun 2025,” jelas Rosa Vivien Ratnawati, Dirjen PSLB3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia, yang hadir pada acara peluncuran virtual.

Permasalahan timbulan sampah sejatinya memiliki peluang untuk dimanfaatkan lebih lanjut agar dapat memberikan nilai tambah pada rantai pasokan melalui praktik ekonomi sirkuler.

Terbukti pada tahun 2017, praktik ekonomi sirkuler pada 5.244 bank sampah di lintas 34 provinsi Indonesia berhasil menciptakan peluang kerja dan bidang pekerjaan baru bagi komunitas di sekitarnya.

Baca Juga: Ditinggal Istrinya Menikah Lagi, Driver Ojol Ini Terpaksa Bawa Anaknya Antar Penumpang, 'Pernah Chat Anak Sakit Tapi Dibilang Bohong dan Langsung Diblokir'

Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Provinsi Jawa Timur, yang turut berpartisipasi sebagai narasumber pada diskusi panel, menambahkan, adanya kesempatan dan potensi yang bisa dimanfaatkan oleh Provinsi Jawa Timur, salah satunya di Kota Surabaya, maka inisiatif Extended Stakeholder Responsibility (ESR) telah bisa diterapkan.

Oleh karena itu, diharapkan program PRO dapat berhasil menjadi mesin perubahan ekonomi, sosial, dan lingkungan di Jawa Timur.

“Dengan adanya program PRO sebagai upaya kolektif dari industri, saya optimis akan bisa memberi manfaat sosial ekonomi maupun lingkungan dari praktik ekonomi sirkuler.

"Harapannya ke depan, program ini akan bisa dikembangkan di kabupaten/kota lain di Jatim sehingga manfaatnya semakin bisa dirasakan masyarakat luas,” ungkap Khofifah.

Baca Juga: Warga Lebanon Masih Menderita Karena Ledakan Beirut, Militer Israel Justru Akan Beri Serangan Terkuat ke Lebanon, 'Semua Ini Gara-gara Hezbollah!'

Program PRO telah berhasil diimplementasikan di sejumlah negara dan benua, seperti Eropa, Meksiko, dan Afrika Selatan.

Di benua Eropa, PRO terdiri dari 31 negara anggota yang dikenal sebagai “The Green Dot” dan mendapatkan kontribusi dari sekitar 150.000 perusahaan sebagai pemegang lisensi.

Program tersebut berhasil menciptakan lebih dari 400 miliar barang yang dikemas per tahunnya dan terdaftar pada 140 negara lainnya.

Produk-produk yang memiliki label atau logo “The Green Dot” pada kemasannya menandakan adanya kontribusi finansial yang telah dibayarkan kepada perusahaan untuk pemulihan kemasan nasional.

Baca Juga: Bioskop Dibuka Kembali Karena Berkontribusi Bikin Bahagia dan Tingkatkan Imunitas Tubuh, Pakar Sebut Sangat Tidak Ilmiah, 'Terkesan Abusrd Sekali'

PRO di Indonesia merupakan inisiatif dari enam perusahaan yang juga tergabung dalam PRAISE, yaitu Coca-Cola Indonesia, Danone Indonesia, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Nestle Indonesia, Tetra Pak Indonesia, dan PT Unilever Indonesia Tbk.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait