Penulis
Intisari-Online.com - Di saat kita mendambakan kabar baik, panda adalah mercusuar wujud optimisme lingkungan.
Sejak menjadi ikon gerakan konservasi pada 1980-an, 67 suaka panda dan koridor satwa liar yang tak terhitung jumlahnya telah didirikan di pegunungan hutan bambu di China tengah.
Dilansir dari Science Alert, Selasa (4/8/2020), sensus terbaru menunjukkan semua upaya itu telah membuahkan hasil.
Ada 1.864 panda yang hidup di alam liar saat ini, naik dari 1.000 pada akhir 1970-an.
Namun dalam sebuah studi baru , para peneliti menemukan bahwa apa yang baik untuk panda belum tentu baik untuk ekosistem lainnya.
Selama 10 tahun telah diamati bahwa karnivora besar - macan tutul, macan tutul salju, serigala, dan dhole (anjing liar Asia) - telah mundur dari tempat panda berkembang biak.
Jumlah mereka tampaknya telah turun secara signifikan di daerah cagar panda.
Bahkan, peneliti mencatat bahwa serigala secara fungsional telah punah diikuti dengan kepunahan harimau di kawasan sana.
Konservasi panda tampaknya tidak menguntungkan spesies lain, atau ekosistem yang lebih luas.
Penemuan ini mengguncang dasar dari salah satu gagasan konservasi yang paling bertahan - bahwa menginvestasikan waktu dan uang untuk melindungi spesies besar dan berpengaruh tertentu dapat memberikan keuntungan bagi spesies dan habitat lain yang hidup berdampingan dengan mereka.
Dari kasus itu, apa yang sebenarnya kita ketahui tentang bagaimana melindungi ekosistem dan menyelamatkan satwa liar dari kepunahan?
Bagaimana cara berpikir tentang ekosistem
Konservasi spesies tunggal adalah ide dominan selama paruh kedua abad ke-20.
Kelompok konservasi dan pemerintah mengidentifikasi spesies tertentu yang membutuhkan bantuan segera dan menggunakan gambar mereka untuk meningkatkan dukungan publik guna membantu menyelamatkan mereka dari kepunahan.
contoh dari pendekatan ini adalah panda dan harimau.
Keduanya merupakan kisah sukses, setidaknya untuk menjadi targer spesies.
Tetapi pendekatan ini cenderung mengabaikan spesies yang kurang menarik, seperti cacing, meskipun mereka berpotensi memiliki nilai ekologis yang lebih tinggi.
Saat ini, konservasionis lebih menekankan pada perlindungan ekosistem dan seluruh lanskap.
Logikanya adalah Anda dapat lebih efektif memelihara ekologi suatu area jika Anda memperlakukannya sebagai sistem fungsional.
Pelajarannya yakni bahwa semua komponen dan peran yang masing-masing hewan lakukan diperlukan untuk menjaga agar keseluruhan tetap berfungsi dan sehat.
Kehilangan fungsi satu organ dapat menyebabkan banyak sistem gagal di dalam tubuh.
Jadi mengapa konservasi yang ditargetkan untuk panda gagal menghidupkan kembali populasi karnivora besar di China tengah?
Sederhananya, habitat yang dipenuhi oleh panda yang tenang dan mengunyah bambu sepertinya tidak akan cocok bagi macan tutul yang nomaden dan suka daging.
Melestarikan karnivora besar
Karnivora besar tidak mudah di seluruh dunia.
Mereka membutuhkan area yang luas dengan habitat yang sesuai dan banyak mangsa.
Di sebagian besar wilayah yang pernah mereka tempati, manusia telah merusak habitat, menghilangkan spesies mangsa asli dan membunuh karnivora besar dengan senjata, perangkap atau racun, baik karena mereka berburu ternak atau karena dianggap berbahaya.
Harimau adalah salah satu dari sedikit karnivora besar yang populasinya meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Populasi harimau India telah tumbuh sepertiga sejak 2014.
Mengingat tantangan hidup berdampingan dengan predator besar ini - hewan yang terkadang membunuh manusia - keberhasilan ini sangat mengesankan.
Pendekatan India terhadap konservasi harimau menghargai toleransi, pendidikan, dan kerja sama yang erat dengan komunitas yang hidup berdampingan dengan spesies ini di atas segalanya.
Bagian dari pendidikan itu adalah mengakui harimau hanya sebagai satu bagian dari ekosistem, yang semuanya membutuhkan perlindungan.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari