Find Us On Social Media :

Sudah Ditawar Rp2,7 Miliar, Pemilik Rumah Bobrok Ini Ogah Jual Rumahnya Untuk Proyek Pembangunan Jalan, Baru Mau Dilepas Jika Dibeli dengan Harga Tak Masuk Akal ini

By Afif Khoirul M, Minggu, 9 Agustus 2020 | 16:17 WIB

Pemilik rumah menolak untuk menerima kompensasi.

Intisari-online.com - Sudah Ditawar Rp2,7 Miliar, Pemilik Rumah Bobrok Ini Ogah Jual Rumahnya Untuk Proyek Pembangunan Jalan, Baru Mau Dilepas Jika Dibeli dengan Harga Tak Masuk Akal ini.

Ketika ada proyek pembangunan jalan, tak jarang rumah-rumah penduduk menjad korban penggusuran demi proyek.

Namun, biasanya mereka yang menjadi korban penggusuran proyek pembangunan jalan, akan mendapatkan ganti rugi yang cukup besar.

Meski demikian, tak jarang dari mereka yang sudah ditawarai ganti rugi dalam jumlah besar tetapi memilih menolak karena berbagai alasan, salah satunya kisah berikut ini.

Seorang pemilik rumah menolak untuk digusur rumahnya sehingga, rumah tersebut dibiarkan berada di tengah jalan.

Baca Juga: Kedoknya Penjual Durian, Tak Disangka Orang Ini Adalah Anggota Kopassus dengan Jabatan Bukan Kaleng-kaleng, Menyusup ke Wilayah Berbahaya Demi Misi Ini

Menukil South China Morning Post melalui Oddity Central, pada Jumat (7/8/20) pemandangan rumah berada di tengah jalan raya itu terjadi di provinsi Guangdong China.

Kasus itu bahkan menjadi berita utama yang menggemparkan di China, karena rumah itu menolak untuk pindah.

Meskipun kenyataanya saat ini rumah tersebut justru dikepung jalan raya.

Menurut keterangan, China dikenal dengan rumah paku, di mana pemilik properti alot untuk menerima kompensasi dari pengembang, untuk pembongkaran.

Baca Juga: Keranjingan Manjakan Selingkuhan Sampai Bangunkan Rumah, Sang Istri Asli Langsung Marah Besar Sampai Sewa Ekskavator untuk Ratakan Rumah Selingkuhan Suaminya

Kali ini lebih ekstrem lagi, sebuah rumah yang menolak untuk dibayar dengan kompenasi justru membiarkan untuk tetap berada di tengah jalan.

Rekaman itu dirilis oleh media Tiongkok yang menunjukkan jalur Jembatan Haizhuyong yang baru dibuka di kota Guizhou.

Dalam foto itu terlihat ada lubang besar di tengah jalan yang ternyata di dalamnya ada sebuah rumah.

Meskipun terlihat merukan bentuk kontruksi jalan, rumah itu menarik perhatian masyarakat lokal.

Pemilik rumah yang berada di tengah jalan itu diketahui bernama Liang.

Rumah itu terliihat hanya rumah bobrok yang memiliki luas sekitar 40 meter persegi.

Baca Juga: 'Semua yang Kamu Inginkan Sudah Ada, Kecuali Kehadiranmu', Kisah Pilu Sarah Fares, Simbol Kaum Muda Lebanon yang Kehilangan Segalanya karena 'Negara Sudah Tak Berfungsi'

Menurut laporan wartawan setempat, pemerintah gagal membayar properti pengganti untuk pemilik rumah tersebut.

Sebaliknya, pemerintah menawarkan sebuah flat pada memiliknya namun letaknya di sebelah kamar mayat, jadi pemiliknya tak mau menerima.

Dia bahkan menjadi satu-satunya orang dari 47 pemilik rumah yang digusur untuk pembangunan jalan tersebut.

Yang lain sudah menerima tawaran dan sudah pindah pada September tahun lalu.

"Anda pikir lingkungan ini buruk, tapi saya merasa tenang, membebaskan, menyenangkan dan nyaman," kata Liang si pemilik rumah.

Dia menambahkan tak peduli dengan yang dikatakan orang lain, yang penting dia tetap tinggal di rumahnya.

Baca Juga: Pusat Medis Menjelma Jadi Rumah Jagal Setelah Darah Tutupi Koridor dan Lift, Inilah Gambaran Memilukan Kondisi Beirut Pascaledakan Dahsyat

Sementara menurut laporan outlet berita South China Moning Post, pemerintah sudah mengajukan tawaran kepada Liang, tetapi dia menolak semuanya.

Salah satu tawaran paling menggiurkan adalah dia ditawari dua flat, dan kompensasi senilai 1,3 juta Yuan (Rp2,7 miliar).

Namun, dia masih menolak, dan mau menjual rumah bobroknya jika ditukar dengan 4 flat, dan uang senilai Rp4,2 miliar.

Setelah gagal mencapai kesepakatan, pemerintah tidak punya pilihan selain membiarkan rumahnya tetap berada di tengah jalan.

Namun, dikatakan negosiasi masih terus berlanjut, banyak yang menuduh pemilik rumah itu serakah.

"Pemilik lain telah pindah, menunjukkan bahwa kompensasi yang ditawarkan bisa diterima," kata salah seorang mengomentari kasus ini.

"Pemilik rumah terlalu serakah, sehingga membuatnya berakhir dengan tidak mendapatkan apa-apa.