Find Us On Social Media :

Masuk Daftar Pasukan Khusus Paling Mematikan di Dunia Bersama Navy Seal dan SAS, Kopassus Disegani karena Aksi 3 Menitnya yang Legendaris Ini

By Khaerunisa, Minggu, 9 Agustus 2020 | 11:28 WIB

Latihan Kopassus

Masuk Daftar Pasukan Khusus Paling Mematikan di Dunia Bersama Navy Seal dan SAS, Kopassus Disegani karena Aksi 3 Menitnya yang Legendaris Ini

Intisari-Online.com - Ada sederet pasukan khusus di dunia yang terkenal paling tangguh dan mematikan.

Pasukkan khusus merupakan satuan militer yang dibentuk dan dilatih untuk melakukan misi perang non-konvesional, anti-teroris, pengintaian, aksi langsung, dan pertahanan luar negeri.

Pasukan ini biasanya terdiri dari kelompok kecil yang sangat terlatih.

Indonesia boleh berbangga karena pasukan khusus Indonesia, atau dikenal Kopassus termasuk salah satu dalam jajaran pasukan khusus paling mematikan di dunia.

Baca Juga: Kisahnya Bikin Merinding Mendengarnya, Inilah Pratu Suparlan, Pasukan Kopassus dengan Tubuh Bersimbah Darah Seorang Diri Menghadang Gerombolan Musuh

Kopassus menyandang predikat itu bersama pasukan khusus terkenal dunia lainnya seperti Navy Seal dari Amerika dan SAS dari Inggris.

Selain kedua pasukan khusus tersebut, lainnya dalam daftar pasukan khusus paling mematikan adalah Grup Alpha dari Rusia, The Kaibiles dari Guatemala, Sayaret Matkal dari Israel, SSG dari Pakistan, dan Delta Force dari AS.

Masing-masing pasukan khusus tersebut pun diingat dengan operasi terkenal mereka.

Rupanya, Kopassus paling dikenal dan disegani karena aksi 3 menitnya yang legendaris ini.

Baca Juga: Kekacauan setelah Ledakan Beirut, Puluhan Ribu Demonstran yang Marah Menyerbu Kantor Parlemen, Seorang Polisi Tewas dan Ratusan Orang Luka-luka

Operasi itu adalah pembebasan penumpang pesawat dari kelompok ekstremis Islam yang membajak penerbangan Garuda 206 pada 1981, menurut Seasia.co.

Melansir Intisari.com, pada Sabtu 28 Maret 1981 pesawat Garuda GA-206 ‘Woyla’ rute penerbangan Jakarta-Medan setelah transit di Palembang dibajak oleh 5 orang yang menamakan diri Komando Jihad.

Pesawat yang dipiloti oleh Herman Rante itu kemudian dipaksa mengalihkan penerbangan ke Colombo, Srilanka.

Tapi Herman menjelaskan bahwa bahar bakar pesawat tidak cukup dan akhirnya pesawat mendarat di Penang, lalu menuju Bandara Don Muang, Bangkok.

Baca Juga: Elang Hitam, 'Kode Rahasia' Indonesia Imbangi Agresivitas China, Garda Terdepan dalam Perlombaan Senjata Asimetris di Asia Pasifik

Pembajak menuntut pemerintah Indonesia membebaskan 80 anggota Komando Jihad yang dipenjara karena beberapa kasus.

Antara lain penyerangan Mapolsek Pasir Kaliki, Teror Warman di Raja Paloh dan aksi lainnya sepanjang 1978-1980. Selain itu, mereka juga meminta uang USD 1,5 juta (sekitar Rp 20 milliar saat ini).

Presiden Soeharto kemudian menjawab tuntutan itu dengan aksi militer dipimpin oleh Asintel Panglima ABRI Mayjen Benny Moerdani.

Tapi dalam keterangannya Benny menjelaskan bahwa operasi militer keberhasilannya adalah 50:50.

Baca Juga: Dokter Spesialis Paru Berikan Opsi Deteksi Kilat Covid-19 Lewat Tes Swab Antigen, Dijamin Lebih Akurat Dibanding Rapid Test

Artinya operasi bisa berhasil tapi akan ada jatuh korban yang banyak mengingat semua pembajak bersenjata api dan ada yang memegang granat.

Pasalnya jika sampai granat meledak dalam pesawat, korban yang jatuh juga akan banyak.

Terlebih saat itu seluruh kekuatan pasukan ABRI sedang menggelar latihan gabungan di Ambon. Begitu juga dengan para prajurit Kopasandha (Kopassus).

Para pasukan Kopassus yang sudah mendapatkan latihan antiteror juga sedang mengikuti Latgab di Ambon.

Baca Juga: Anehnya Penegakan Hukum di Negara Ini, Veteran Militer Penjual Ganja Batal Dipenjara Seumur Hidup Tapi Warga Merampok Gunting Pagar Diberi Hukuman Penjara Seumur Hidup

Sedangkan perwira paling senior di Markas Baret Merah di Jakarta hanya tinggal Letkol Sintong Panjaitan.

Perwira menengah tersebut tak ikut ke Ambon karena kakinya sedang patah saat mengikuti latihan terjun payung. Untuk berjalan saja, Sintong harus dibantu tongkat.

Tapi Sintong tetap harus memimpin operasi pembebasan sandera itu.

Uniknya, Sintong akhirnya memaksakan diri berjalan tanpa tongkat begitu Komandan Kopasandha Brigjen Yogie S Memet memerintahkannya memimpin operasi.

Baca Juga: Sudah Menginap 14 Hari di Hotel Tapi Tak Kunjung Bayar, Saat Polisi Datang Wanita Ini Ketahuan Bawa Uang Mainan Rp1,3 Miliar

Operasi pembebasan sandera Garuda Woyle sebenarnya merupakan operasi yang rumit karena berlangsung di negara lain dan membutuhkan kerja sama secara diplomatik.

Dalam hal ini kehadiran pasukan Kopassus harus diketahui oleh otoritas negara setempat demi menghormati kedualatan negara Thailand.

Jika dibandingkan dengan operasi spektakuler pasukan khusus lainnya, seperti pasukan khusus Israel yang pernah sukses membebaskan sandera di Entebe, Uganda. Atau pasukan khusus AS yang sukses membunuh Osma Bin Laden di Pakistan, cara kerja Kopassus di Thailand lebih profesional dan ‘’terhormat’’.

Pasalnya pasukan Kopassus saat melaksanakan misi pembebasan sandera di Thailand menghargai kedaulatan negara Thailand.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Komplotan Kriminal Paling 'Buas' di Dunia, Inilah MS-13 Geng Kriminal yang Dilindungi 'Setan' Asalkan Melakukan Kejahatan dan Memberikan Tumbal Pada Setan

Sedangkan pasukan Israel dalam jumlah besar masuk ke Uganda secara diam-diam dan malah terlibat pertempuran dengan pasukan Uganda.

Demikian juga pasukan khusus AS, ketika masuk wilayah Pakistan untuk menangkap Osama mereka melakukannya secara diam-diam sehingga pemerintah Pakistan sampai melancarkan protes.

Sementara dari sisi waktu yang diperlukan untuk membebaskan sandera, pasukan Kopassus mencatatkan waktu yang terbilang spektakuler.

Pasukan Kopassus yang bisa membebaskan sandera dalam waktu 3 menit pada dini hari 31/3/1981. selain itu, juga tidak ada satu pun sandera yang terbunuh.

Baca Juga: Dokter Spesialis Paru Berikan Opsi Deteksi Kilat Covid-19 Lewat Tes Swab Antigen, Dijamin Lebih Akurat Dibanding Rapid Test

Atas prestasi spektakuler itu media-media internasional seperti The Asian Wall Street Journal pun mendudukkan Kopassus yang notabene berasal dari negara ketiga sebagai pasukan khusus terbaik di dunia.

Apalagi jika melihat kenyataan bahwa pasukan yang diturunkan untuk melaksanakan missi pembebasan sandera merupakan pasukan antiteror yang dibentuk secara dadakan dan dikomandani seorang perwira yang sedang cedera.

Maka dengan hanya menggunakan pasukan yang ada saja, operasi antiteror Kopassus bisa sukses.

Apalagi jika menggunakan pasukan antiteror yang sudah terlatih baik dan kebetulan saat itu sedang menjalani Latihan Gabungan ABRI di Ambon, hasilnya pasti akan lebih spektakuler lagi.

Baca Juga: Boleh Sih Mencampur Bahan Pembersih untuk Bersihkan Toilet, Tapi Ingat, Jangan Pernah Campurkan Kedua Bahan ini, Bisa Hasilkan Gas Beracun!

(*)

 

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari.Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari