Find Us On Social Media :

Berani Senggol Putra Mahkota Arab Saudi, Mantan Mata-mata Ini Jadi Buronan 50 Pembunuh Bayaran Sang Pangeran, Dikejar Sampai ke Kanada

By Mentari DP, Sabtu, 8 Agustus 2020 | 15:05 WIB

Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Intisari-Online.com - Masih ingat soal kematian Jamal Khashoggi?

Jamal Khashoggi merupakan jurnalis Arab Saudi yang dilaporkan hilang karena tidak pernah keluar dari Kedutaan Besar Arab Saudi di Istambul, Turki pada 2 Oktober 2018 lalu.

Setelah dilakukan penyelidikan, nama Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, muncul ke permukaan.

Ada dugaan dia menyuruh orang untuk membunuh Khashoggi. Namun hingga kini kasus tersebut tidak terkonfirmasi.

Baca Juga: Tanpa Perlawanan Berarti, Gilang 'Bungkus' Ditangkap dan Langsung Dibawa ke Surabaya, Sudah Alami Kelainan Sejak Kecil hingga Dikeluarkan dari Kampus

Nah, kali ini Putra Mahkota Arab Saudi itu kembali tersandung skandal.

Di mana seorang mantan mata-mata mengklaim bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah mengirim regu 50 pembunuh bayaran untuk membunuhnya.

Kejadian itu bahkan hanya beberapa hari setelah pembunuhan Jamal Khashoggi.

Nama mantan mata-mata itu adalah Dr Saad Aljabri.

Baca Juga: Miris, Selama 1 Tahun, Remaja Ini Tinggal di Bekas Kandang Ayam Bersama Ibu dan Adiknya, Ngaku Sering Diejek Teman Namun Kini Sudah Kebal

Dilansir dari mirror.co.uk pada Sabtu (8/8/2020), Dr Saad Aljabri menuduh bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman menggunakan "semua cara yang tersedia" untuk membawanya kembali ke Arab Saudi.

Dalam pesan WhatsApp, dia mengancam akan "mengambil tindakan yang akan berbahaya bagi Anda".

Dia telah mengajukan kasus hukum di AS yang mengklaim bahwa pemimpin kedua Arab Saudi itu sangat ingin membunuhnya.

Bahkan mengklaim Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengirim pembunuh setelah dia menolak untuk kembali.

Pengaduan hukum mengklaim bahwa "kelompok tentara bayaran pribadi" yang disebut "Pasukan Harimau" melakukan perjalanan ke Kanada - tempat Dr Aljabri tinggal pada tahun 2017 - dipersenjatai dengan "dua kantong alat forensik".

Kelompok itu, yang digambarkan dalam gugatan itu sebagai "pasukan kematian pribadi" beranggotakan 50 orang termasuk ahli dalam membersihkan tempat kejadian perkara.

Tak hanya itu, 2 dari anak-anak Dr Aljabri telah ditangkap oleh pejabat Arab Saudi di Riyadh dalam upaya untuk memaksanya kembali.

Bahkan anggota keluarga lainnya diculik di Dubai dan disiksa.

Baca Juga: Waspada Perang Dunia 3! Setelah Iran dan China, Korea Utara Beri Peringatan Perang Nuklir ke AS, Kim Jong-un Membual Punya Daya Tembak Luar Biasa

Dalam laporan hukum yang berisi 100 halaman, Dr Aljabri mengklaim dirinya menjadi sasaran karena memiliki informasi yang akan melemahkan Sang Putra Mahkota.

Mantan kepala intelijen itu adalah seorang pejabat tingkat kabinet di bawah Pangeran Mohammed bin Nayef, yang dicopot ketika bin Salman merebut kekuasaan pada 2017.

Lalu Dr Aljabri juga memberikan informasi intelijen kepada AS yang mengaitkan bin Salman dengan pembunuhan Khashoggi.

Padahal, Putra Mahkota Mohammed bin Salman membantah memerintahkan pembunuhan itu.

Dilaporkan para pembunuh menemukan lokasi Dr Aljabri dengan menggunakan spyware (alat lacar) yang terpasang di ponselnya.

Tapi untungnya para pembunuh itu ditolak di bandara di Kanada.

Ini setelah menimbulkan kecurigaan ketika mereka berpura-pura tidak mengenal satu sama lain.

Mereka mencoba masuk dengan visa turis, tetapi digagalkan ketika pejabat Kanada menemukan foto kedua pria itu bersama.

Yang artinya membuktikan bahwa mereka bepergian bersama.

Baca Juga: Meski Kekuatan Militernya Jauh di Bawah China, Australia Akui Perang dengan China Mungkin Terjadi, Langsung Gandeng Negara Ini Untuk Jadi Sekutu