Penulis
Intisari-Online.com -Fakta-fakta terbaru terkait kapal MV Rhosus pengangkut amonium nitrat pemicu ledakan di Beirut semakin mengarah pada pernyataan Mossad.
Status kapal MV Rhosus yang mengangku amonium nitrat, yang kemudian meledak, di Beirut menjadi teka-teki tersendiri.
Setelah sebelumnya disebut akan mengangkut zat berbahaya tersebut menuju Mozambik, kapal MV Rhosus malah disebut-sebut secara sengaja dibiarkan agar ditahan di Beirut.
Hal ini didasarkan pada dua pernyataan resmi dari kapten kapal dan otoritaspelabuhan Mozambik.
Setelah sebelumnya dalam sebuah wawancaraBoris Prokoshev kapten kapal MV Rhosus pada 2013 menyebut bahwa dia menduga majikannya sengaja membiarkan kapal ditahan di Beirut.
Kini giliran otoritas pelabuhan Mozambik mengaku tak tahu apa-apa soal kapal bermuatan amonium nitrat, yang disebut menjadi awal penyebab ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon.
Bantahan itu diutarakan pada Kamis (6/8/2020), menyusul adanya laporan 2.750 ton amonium nitrat tiba di Beirut pada 2013 dari kapal berbendera Moldova.
Kapal itu berlayar dari Georgia dan hendak menuju pelabuhan di kota Beira, Mozambik.
"Operator pelabuhan tidak mengetahui kapal MV Rhosus akan berlabuh di pelabuhan Beira," ujar otoritas pelabuhan Beira dalam pernyataan yang dikutip AFP.
Dikatakan mereka, biasanya kedatangan kapal dari mana pun di pelabuhan "diumumkan oleh agen kapal kepada operator pelabuhan dari 7-15 hari sebelumnya."
Namun sebelumnya, seorang petugas senior yang enggan disebut namanya berkata ke AFP, tujuan kapal itu sebenarnya ke Zimbabwe atau Zambia.
"Meskipun tujuan kapal itu adalah pelabuhan Beira, tujuan akhir kargo itu bukan ke Mozambik tetapi Zimbabwe atau Zambia, karena amonium nitrat digunakan untuk bahan peledak di industri pertambangan."
Marine Traffic platform pelacak kapal menerangkan, kapal berbendera Moldova tiba di pelabuhan Beirut pada 20 November 2013 dan tidak beranjak dari sana.
Menurut firma hukum Lebanon Baroudi & Associates yang mewakili anak buah kapal (ABK), kapal MV Rhosus mengalami "masalah teknis".
Menguatkan peringatan Mossad
Secara kebetulan, pada 2015, badan intelijen Israel Mossad pernah memberikan peringatan tentang rencana penggunaan amoniun nitrat oleh kelompok Hizbullah yang berbasis di Beirut, Lebanon.
Laporan, sekaligus peringatan dari Mossad tersebut disampaikan ke Publik oleh Times of Israel pada 2019.
Pejabat intel Israel mengatakan cache amonium nitrat yang ditemukan tahun 2015 di London.
Cache terbesar mengandung tiga ton amonium nitrat, bahan utama untuk beberapa jenis peledak.
Salah satunya ditemukan di London tahun 2015 di empat lokasi dan berhasil digrebek oleh Polisi Metropolitan pada September 2015.
Laporan itu dikonfirmasi SAS Inggris, AS, dan Siprus yang menyatakan badan Intelijen asing rahasia mengungkapkannya pada MI5 Inggris.
Lalu polisi metropolitan menggerebek lokasi yang disebutkan tersebut.
Pejabat intelijen Israel menyebutkan laporan rinci upaya Hizbullah yang disimpulkan polisi berada di London, Siprus, dan Thailand, yang mengarah pada aset Israel di negara tersebut.
"Hizbullah sedang merencanakan untuk membalas dendam, apakah untuk serangan ke Israel, telah membentuk jaringan cache terbesar untuk bahan peledak canggih," lapor pejabat intelijen itu.
Mossad sendiri mengatakan tahun 2014 sudah menyelidikan rencana besar Unit 910 Hizbullah, yang bertanggung jawab atas operasi luar negeri kelompok itu.
Informasi Mossad memungkinkan pihak berwenang Thailand menemukan lokasi itu dengan penangkapan operasi Hizbullah Hussein Abdullah di Siprus, di ruang bawah tanah dengan 1 ton amoniun nitrat.
Menurut sumber Israel, mengatakan Hizbullah merencanakan serangan jangka panjang dan besar-besaran untuk mengubah permainan.
(Aditya Jaya Iswara)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Namanya Dicatut dalam Ledakan Lebanon, Begini Bantahan Mozambik".