Kirim 67 Pesawat Pengintai Sekaligus di Laut China Selatan, AS Tunjukkan Niat Kuat untuk Persiapkan Medan Perang, Kecelakaan Kecil Seperti Ini Bisa Jadi Pelatuk

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Intisari-Online.com - Amerika Serikat mengirim 67 pesawat pengintai besar ke Laut China Selatan pada bulan Juli 2020.

Jumlah tersebut mengalami peningkatan tajam pada dua bulan sebelumnya, menurut sebuah lembaga think tank China.

Pesawat-pesawat tersebut diantaranya termasuk patroli maritim terbaru Angkatan Laut AS dan pesawat anti-kapal selam P-8A Poseidon, EP-3E peperangan elektronik dan pesawat pengintai, serta kendaraan udara tak berawak berkekuatan tinggi tak berawak berkekuatan tinggi MG-4C, menurut Sea Strategic Situation Situation Probing Inisiatif (SCSPI).

"Ini adalah peningkatan tajam bila dibandingkan dengan 35 kali di bulan Mei dan 49 kali di bulan Juni," kata think tank yang berbasis di Universitas Peking tersebut.

Baca Juga: Ketegangan Meningkat, Israel Kini Balas Serang Suriah Setelah Serangan di Dataran Tinggi Golan, Seperti Apa Kerusakan Akibatnya?

"Ini hampir dua kali lipat dari bulan Mei,” lanjutnya.

Menurut SCSPI, selain peningkatan frekuensi, intensitas patroli AS juga melonjak pada Juli.

“Sebanyak 13 pesawat pengintai yang berangkat pada malam hari untuk melakukan operasi pengawasan di Laut China Selatan."

"9 pesawat memasuki kisaran 70 mil laut dari garis dasar perairan China, enam pesawat memasuki 60 mil laut, dan satu pesawat terbang sejauh 40 mil laut,” tulis SCPI seperti dilansir oleh South China Morning Post.

Baca Juga: Bak Dipaksa Makan Buah Simalakama, India Diberi Pilihan Sulit Terkait Perbatasan oleh China, Salah Satu Opsi Malah Seperti Bunuh Diri

Perubahan tersebut mencerminkan pergeseran oleh AS dari sikap "preventif" ke sikap "konfrontatif".

Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa AS sedang bersiap-siap untuk aksi militer, menurut SCSPI.

"(Semua ini) mengindikasikan niat kuat untuk mempersiapkan medan perang."

Direktur SCSPI Hu Bo mengatakan kepada tabloid nasionalis Global Times pada Minggu (2/8/2020) bahwa ia khawatir tentang meningkatnya risiko konflik militer antara China dan AS.

Baca Juga: Ternyata Bukan Bom Nuklir, Namun Inilah Hal Mengerikan yang Bisa Lenyapkan Amerika Serikat dari Muka Bumi

Mengingat hubungan keseluruhan saat ini antara China dan AS, jika ada kecelakaan maritim atau udara, konflik mungkin tidak dapat dikelola secara efektif yang mengakibatkan eskalasi.

"Oleh karena itu, faktor-faktor yang tidak pasti dalam interaksi militer China dan AS di Laut China Selatan semakin besar dan risikonya lebih tinggi," kata Hu.

Collin Koh, seorang peneliti dari Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam di Universitas Teknologi Nanyang Singapura, mengatakan militer Tiongkok sedang melakukan serangkaian kegiatan di Laut China Selatan dan tidak mengherankan untuk mengamati kenaikan dalam kegiatan militer AS, termasuk penerbangan pengintaian.

“Peningkatan frekuensi dan intensitas penerbangan pengintaian semacam itu paling masuk akal diarahkan pada ketegangan baru-baru ini di Laut China Selatan."

Baca Juga: Terus-menerus Alami Kekeringan, Masyarakat Timor Leste Harus Ubah Sinar Matahari Jadi Air Bersih, Begini Cara Kerjanya

"Penerbangan-penerbangan itu akan menghasilkan informasi yang berguna dan terkini tentang gerakan Tiongkok di daerah (Laut China Selatan), ”katanya.

Koh mengatakan, mengingat ketegangan geopolitik baru-baru ini, insiden yang tidak disengaja atau tidak sengaja telah menjadi kemungkinan yang berbeda.

"Saya tidak akan mengabaikan pengulangan dari apa yang terjadi pada April 2001 ketika pesawat pengintai EP-3 Angkatan Laut AS terlibat dalam pertemuan udara dekat dengan jet milik Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) yang menantang penerbangan," katanya.

Pada bulan Juli, AS dan Australia menyatakan klaim Tiongkok atas Laut China Selatan adalah ilegal.

Baca Juga: Jutaan Petani Lenyap dalam 10 Tahun Terakhir, Manusia Butuh 3 Bumi Jika Ingin Tetap Hidup pada Tahun Ini, Sudah Dekat

Mereka menyebut China tidak mematuhi hukum internasional, dalam sikap baru yang mendapat teguran dari Beijing.

Juga pada bulan Juli, AS mengerahkan dua kelompok kapal induk, USS Nimitz dan USS Ronald Reagan, untuk melakukan latihan pertahanan udara taktis di Laut China Selatan untuk mendukung perairan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

Sengketa teritorial di Laut China Selatan - yang sebagian besar diklaim oleh Beijing - telah menjadi sumber ketegangan regional sejak lama, termasuk dengan pengadu saingan Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.

Baca Juga: Tepat di Jantung Kota Hancurnya Kedubes Mereka, China Berhasil 'Tembus' Eropa Lewat Dua Senjata Penghancur Ini

Walaupun Washington tidak memiliki klaim di perairan strategis, Washington telah menjadi pengkritik paling vokal atas pernyataan Beijing yang semakin agresif tentang kedaulatannya di Laut China Selatan, dan AS secara teratur melakukan kebebasan operasi navigasi di sana.

Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com dengan judul "Aktivitas Militer AS di Laut China Selatan Meningkat Menjadi 'Konfrontatif', Persiapkan Perang?"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait