Jutaan Petani Lenyap dalam 10 Tahun Terakhir, Manusia Butuh 3 Bumi Jika Ingin Tetap Hidup pada Tahun Ini, Sudah Dekat

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan akan lahan semakin meningkat, baik untuk bertahan hidup.

Intisari-Online.com - Sejumlah akademisi IPB University menyebut, pada tahun 2050 nanti diperlukan sebanyak tiga bumi untuk mencukupi kebutuhan manusia.

Pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan akan lahan semakin meningkat, baik untuk bertahan hidup, menghasilkan pangan dan sebagai tempat tinggal.

Sayangnya, jumlah penduduk yang meningkat dan tidak diimbangi dengan peningkatan luas lahan, berpotensi menyebabkan bumi semakin terbatas kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan seluruh umat manusia.

Sekretaris Program Studi Pascasarjana Sosiologi Pedesaan IPB University mengatakan, konsumsi penduduk dunia saat ini saja sudah memerlukan sumber daya setara dengan 1,7 bumi.

Baca Juga: Tepat di Jantung Kota Hancurnya Kedubes Mereka, China Berhasil 'Tembus' Eropa Lewat Dua Senjata Penghancur Ini

“Konsumsi penduduk dunia saat ini memerlukan sumber daya setara dengan 1,7 bumi."

"Jika hal ini terus berlanjut maka tahun 2050 diperlukan sebanyak tiga bumi untuk mencukupi kebutuhan manusia."

"Hal ini disebabkan penurunan kualitas lingkungan karena ulah manusia,” ungkap Ekawati dalam kegiatan webinar “Fema Wise” yang digelar oleh Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB, seperti dilansir dari laman IPB."

"Salah satu faktor yang dianggap bertanggung jawab atas penurunan kualitas lingkungan tersebut, kata dia, adalah manusia."

Baca Juga: Bukan dari Kelelawar, 2 Negara Eropa Ini Laporkan Virus Corona Mungkin Menyebar dari Hewan Langka Ini, Langsung Buat Mereka Dibantai Tanpa Ampun!

"Hal lain yang membuat kualitas lingkungan kian memburuk ialah kelompok umur muda dengan kecenderungan tinggi untuk melakukan migrasi ke kota."

"Sehingga konsumen di kota terus naik, mengakibatkan produksi juga ikut naik."

Masalahnya, terang Ekawati, tidak semua perusahaan atau produsen menggunakan praktik dan perilaku produksi yang berwawasan lingkungan.

Baca Juga: Bak Lenyap Ditelan Bumi Sejak 2015, Menghilang 5 Tahun dan Dikira Sudah Tewas, Pria Ini Ditemukan Hidup di Semak-semak

Menurunnya jumlah petani

Dosen IPB University di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) Dina Nurdinawati menjelaskan, menurut sensus pertanian terjadi penurunan sebanyak 6,37 juta rumah tangga petani hortikultura.

Lenyapnya jutaan petani dalam sepuluh tahun terakhir, kata dia, merupakan pertanda buruk.

Baca Juga: Sekolah Mau Dibuka Kembali, Justru 260 Staf Sekolah Terbesar di Wilayah Ini Positif Covid-19,Langsung Buat Sekolah Ditutup Lagi dan Semua Orang Dirumahkan

"Saat ini petani kita 50,4 persennya berusia 45-64 tahun dengan umur median 50 tahun.

Hal ini diperparah dengan terjadinya ketimpangan penguasaan lahan, dengan indeks gini 0,64.

Pemuda harus mengoptimalkan potensinya serta bisa hadir menjadi petani model baru,” ungkap Dina.

Dosen dan juga Kepala Divisi Ilmu Konsumen dan Ekonomi, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB Lilik Noor Yuliati menambahkan, di tahun 2020 diperkirakan peningkatan penduduk kota mencapai angka 56,7 persen.

Baca Juga: Makin Mini Makin Bikin Ngeri, Negara-negara Ini Kompak 'Ngadu' ke PBB karena Tahu Korea Utara Kembangkan Miniatur Nuklir, Seberapa Menakutkan?

Menurutnya, perilaku konsumtif dan tidak ramah lingkungan di perkotaan akan terus meningkat seiring terus meningkatnya jumlah penduduk kota.

“Peningkatan penduduk kota menyebabkan peningkatan jumlah limbah, emisi mobil dan sampah."

"Pada masa pandemi perilaku tidak ramah lingkungan juga meningkat."

"Seperti penggunaan alat pelindung diri (APD) sekali pakai, penggunaan sumber energi lebih tinggi dan pola konsumsi meningkat."

Baca Juga: 'Monster Purba' Sepanjang 4 Meter Mengganas Terkam Pemancing, Dukun dan Warga Kampung Ini Justru Punya Kepercayaan Unik Berikut...

"Secara tidak sadar hal ini tentu akan memberikan dampak negatif pada lingkungan,” ungkap Lilik. Sementara itu, dosen IPB University lainnya dari Departemen SKPM Bayu Eka Yulian membahas tentang kerusakan lingkungan akibat perkebunan kelapa sawit.

Menurutnya, ekspansi perkebunan sawit dalam skala besar menyebabkan perubahan lanskap ekologi. Menyebabkan perubahan tata guna lahan dan sistem mata pencaharian masyarakat.

Baca Juga: Covid Hari Ini 4 Agustus 2020, WHO Beri Peringatan Bahwa Mungkin Tak Akan Pernah Ada 'Peluru Perak' untuk Covid-19

“Monokulturisasi tanaman menyebabkan pola strategi nafkah masyarakat tidak beragam lagi."

"Hal ini menyebabkan ketergantungan yang tinggi masyarakat terhadap sawit."

"Seharusnya ekspansi perkebunan kelapa sawit skala besar juga diikuti oleh ekspansi masyarakat,” tutup Bayu.

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pakar IPB: Dibutuhkan 3 Bumi Untuk Penuhi Kebutuhan Manusia Tahun 2050"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait