Penulis
Ingin Puaskan Semua Orang Tapi Justru Bikin Jengkel Banyak Orang, Sikap Munafik Australia pada Tiongkok Terkait Laut China Selatan Malah akan Jadi Bumerang
Intisari-online.com -Amerika Serikat (AS) dan Australia sedang membangun sekutu untuk menggagalkan upaya Tiongkok menguasai Laut China Selatan.
Mereka juga berjanji memperkuat kerjasama militer di wilayah Asia Pasifik, terutama setelah pertemuan AUSMIN yang libatkan menteri luar negeri dan menteri pertahanan masing-masing negara.
Namun, ahli peringatkan Australia, walaupun dengan kerjasama dengan AS mengenai 'kebijakan anti-China', tidak akan mendapat tempat lebih penting di wilayah Asia Pasifik.
Justru, impian menjadi negara paling penting di Asia Pasifik justru akan menjadi bumerang dan mereka akan mendapat konsekuensi mengerikan jika macam-macam dengan China.
Baca Juga: Bisa Awet Sampai 2 Bulan, Ini Cara Terbaik Simpan Daging Kurban, Salah Satunya Jangan Dicuci!
Dibandingkan dengan provokasi politik mereka, upaya Australia perkuat ikatan militer dengan AS justru akan tingkatkan kegarangan China, termasuk dari para warganya.
Hal itu akan lebih menyakitkan bagi kepentingan Australia lebih lanjut lagi.
Pertemuan AUSMIN kemarin dilakukan secara langsung, dengan Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Australia Marise Payne dan Linda Reynolds terbang ke Washington DC meskipun sedang pandemi.
Mereka bertemu dengan Menlu AS dan Menteri Pertahanan AS Mike Pompeo dan Mark Esper.
Gerakan ini digambarkan oleh media Australia sebagai desain memperbarui dan perkuat "aliansi melawan China."
Pertemuan selama dua hari yang isinya berbincang-bincang itu menghasilkan pernyataan bersama yang hampir seluruhnya menyebutkan Tiongkok.
Mereka menuduh China melanggar norma internaisonal di Laut China Selatan.
Selanjutnya mereka mengkritik kebijakan China terhadap muslim Uighur di Xinjiang dan pemberangusan demokrasi di Hong Kong.
Dalam konferensi pers yang rutin dilaksanakan pada Rabu, juru bicara Menlu China Wang Wenbin meminta AS dan Australia untuk hentikan kata-kata mereka dan tindakan yang mencampuri hubungan dalam negeri China serta membahayakan kepentingan China.
Menurut China, hal ini perlu dilakukan untuk ciptakan kondisi menguntungkan untuk pengembangan hubungan yang baik antara China dan AS serta China dan Australia.
Australia telah mengambil posisi pemimpin dalam kerjasama aksi anti-China dengan AS, termasuk pada urusan Huawei dan Laut China Selatan.
Namun Australia punya agenda sendiri, sembari mengikuti jejak AS, Australia tetap ingin untuk membodohi China.
China adalah partner dagang terbesar Australia, dan Australia tidak ingin kehilangan hubungan penting yang bisa merusak ekonomi mereka.
Niat itu bisa terlihat dari gelagat munafik Menlu Australia yang berbaik-baik sikap kepada Beijing.
Rupanya, Payne sebutkan sembari tekankan jika AS dan negaranya membagi komitmen patuhi hukum internasional dan menuduh China merusak Hong Kong, Payne juga mengatakan jika Australia tidak memiliki niat untuk merusak hubungan bilateralnya dengan China.
Australia juga tidak akan lakukan penjagaan wilayah dengan AS dalam operasi militer mereka.
Zhou mencatat pidato Pompeo pada 23 Juli dapat dianggap sebagai gerakan strategis untuk memulai front anti-China.
Namun kenyataannya pidato itu mendapatkan tanggapan yang kurang sesuai dari sekutu AS yaitu Uni Eropa dan negara lain, sehingga AS perlu Australia untuk bekerjasama lakukan kebijakannya.
Australia dianggap Zhou memanfaatkan momen ini untuk lebih dipandang oleh kubu Barat dan memajukan pengaruh mereka di Asia-Pasifik dengan berperan sebagai penjaga wilayah Asia-Pasifik bagi AS.
Caranya memainkan permainan untuk merebut hati AS dengan harapan bisa membodohi China atau membuat provokasi mereka bisa ditoleransi cukup menyedihkan bagi analis.
Pasalnya, Australia ingin gambarkan dirinya sebagai "partner" tapi bukan antek AS, dengan tidak berpatroli, Australia yakin itu tidak akan membuat China geram.
Namun, Australia sendiri sedang 'berjudi' dan mempertaruhkan hubungan mereka dengan China untuk lebih condong ke AS.
Chen Hong, direktur Australian Studies Center di East China Normal University di Shanghai, katakan jika Australia loyal dengan AS yang pemerintahannya sudah gagal dan sistemnya rentan selama pandemi ini, Australia justru mengalami kegagalan dan tidak mampu menanggulangi harga dagang ekspor yang jatuh bebas.
Meski China tidak akan gunakan urusan dagang sebagai pengaruhnya kepada Australia, ketegangan Australia dan China akan meningkat dan sentimen anti-China di Australia akan menurunkan ekonomi negara tersebut.
Tiga departemen pemerintahan China telah mengeluarkan peringatan terkait mengunjungi atau belajar di Australia, dampaknya terhadap industri turisme Australia akan sangat terasa setelah pandemi selesai.
"Ingin menyenangkan semua orang justru tidak akan menyenangkan siapa-siapa. Australia akan tetap menjadi antek AS dan diperalat AS saja," ujar Chen.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini