Penulis
Korea Utara Sesumbar Ingin Bikin Vaksin Covid-19, Jangan Tertawa, Itu Bisa Jadi Kabar Buruk Bagi Seluruh Umat Manusia di Dunia
Intisari-Online.com - Berbagai negara 'berlomba-lomba' untuk segera menghadirkan vaksin Covid-19.
Seperti diketahui, hingga saat ini vaksin menjadi harapan terbesar orang-orang di seluruh dunia dalam upaya menghentikan penyebaran virus corona.
Jutaan manusia di dunia telah terinfeksi virus ini, dan ratusan ribu meninggal.
Negara-negara yang telah mengembangkan vaksin virus corona yaitu seperti Tiongkok, Inggris, Amerika Serikat, Rusia, dan sebagainya.
Bahkan, sudah ada beberapa vaksin yang akan memasuki tahap ketiga atau tahap terakhir, untuk mencoba bagaimana efek vaksin ini.
Salah satunya vaksin dari perusahaan asal Tiongkok Sinovak. Sementara Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut melakukan uji coba terhadap vaksin tersebut.
Jika negara-negara seperti Tiongok, Inggris, dan lainnya sudah sejak lama terdengar mengembangkan vaksin Covid-19, kabar mengejutkan datang dari Korea Utara.
Negara yang mengklaim tak memiliki kasus positif ini kabarnya akan ikut membuat vaksin Covid-19, para ahli pun khawatir, ada dugaan tindakan Korut itu justru bisa merupakan 'kabar buruk bagi seluruh umat manusia di dunia'. Mengapa?
Melansir Politico.com (28/7/2020), Korea Utara baru-baru ini mengejutkan dunia dengan mengumumkan sedang mengembangkan vaksin Covid-19, bergabung dengan negara-negara lain tunjukkan kemampuan ilmiahnya.
Tetapi para ahli semakin percaya bahwa Kim Jong Un yang penuh rahasia juga bisa memiliki tujuan yang lebih jahat dalam pikirannya, yaitu menggunakan krisis kemanusiaan untuk meningkatkan persenjataan senjata biologisnya.
Seperti diketahui, Korea Utara termasuk negara yang sangat rajin mengembangkan senjata militer, di sisi lain negara ini sangat tertutup.
Berbagai aktivitas Korea Utara begitu sulit diketahui oleh dunia, membuat orang-orang hanya bisa menebak.
"Korea Utara dapat menggunakan aspirasi vaksin yang sah ini sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan bioteknologi mereka," kata Andrew Weber, yang merupakan asisten sekretaris Pertahanan untuk program pertahanan nuklir, kimia dan biologi selama pemerintahan Obama.
"Mereka dapat membeli peralatan dari sumber-sumber Barat atau China yang akan diperlukan untuk upaya vaksin mereka, dan kemudian tahun depan mereka dapat berbalik dan menggunakannya untuk menghasilkan senjata biologis," sambungnya.
Menurut Andrew dan para ahli lainnya, situasi pandemi ini menghasirkan peluang langka bagi rezim Kim Jong-un untuk menghadirkan peralatan tersebut, karena impornya biasanya terhambat oleh sanksi internasional.
Baca Juga: Sentuh Bagian Tergeli Wanita dan Berikan Orgasme Berganda, Ini Caranya
"Apa pun yang berhubungan dengan coronavirus akan dipandang sebagai hal kemanusiaan dan kemanusiaan tidak dilarang oleh sanksi," kata Bruce Bennett, seorang peneliti pertahanan di RAND Corporation.
"Anda harus mendapatkan persetujuan item demi item, tetapi ada banyak pengiriman kemanusiaan yang terjadi ke Korea Utara. Banyak hal bisa mengalir dalam hal itu," sambungnya.
Ketakutan tersebut menyoroti keprihatinan yang sudah berlangsung lama di dunia biotek, di mana banyak teknologi dan pengetahuan menjadi semacam pisau bermata dua, sama bagusnya untuk membunuh maupun untuk penyembuhan.
Pembuat fermentasi yang digunakan untuk memproduksi vaksin tertentu, misalnya, juga dapat digunakan untuk memproduksi antraks.
Contoh lain, modifikasi genetik menghasilkan vaksin, juga patogen baru yang mematikan.
Atau pemberian obat aerosol dapat mengirim obat lebih dalam ke paru-paru, atau menembak agen mematikan melalui sistem ventilasi.
Alasan lainnya, dari 16 negara yang diduga memiliki senjata bio, termasuk Rusia, Cina, dan Iran, yang semuanya mengejar penelitian vaksin coronavirus, Weber selalu paling khawatir tentang Korea Utara.
Pasalnya Korea Utara memiliki sejarah mengabaikan perjanjian senjata internasional dan mengaburkan batas antara penelitian militer dan sipil.
"Saya pikir mereka lebih cenderung menggunakan senjata biologis terhadap kita daripada senjata nuklir," kata Weber.
"Mereka bisa dengan mudah meluncurkan serangan bio di New York City jika mereka mau. Anda hanya perlu jumlah kecil untuk membunuh ribuan, puluhan ribu orang," sambungnya.
Sekarang, dia percaya Covid-19 adalah kesempatan bagi Korea Utara untuk membangun teknologi yang lebih baru dan lebih baik — dan bahkan mungkin belajar bagaimana mengembangkan penyakit mirip virus corona yang akan menolak vaksin.
Baca Juga: Waspadai Star Syndrome, Justru Bisa Serang Anak Usia Sekolah
Bennett pun setuju, ia mengatakan, “Korea Utara bisa saja mencari sesuatu yang tidak dapat ditandingi oleh orang lain,
"Sehingga mereka akan melakukan pekerjaan vaksin sebagian untuk memahami bagaimana vaksin dapat bekerja pada virus Covid, dan apa yang dapat mereka lakukan untuk membuat sesuatu yang lebih efektif, ".
Keraguan juga datang karena Korea Utara memiliki catatan sistem perawatan yang 'bobrok', yang mana Korea Utara harus mengimpor vaksin untuk penyakit dasar.
Meski begitu, Kee Park, seorang dosen kesehatan global dan kedokteran sosial di Harvard Medical School dan direktur Program Korea Utara di Asosiasi Medis Amerika-Korea, menegaskan bahwa terlepas dari kemiskinan negara mereka, para ilmuwan Korea Utara mampu melakukan modifikasi genetika lanjutan yang diperlukan untuk membuat vaksin Covid-19.
"Orang-orang meragukan Korea Utara, berkata, 'Oh, mereka tidak bisa melakukan itu.',"
"Tetapi lihatlah di mana itu memberi kita program senjata [nuklir], ”kata Park, yang telah melakukan perjalanan ke Korea Utara lebih dari 20 kali dan menghadiri konferensi medis Korea Utara.
“Mereka mengejutkan semua orang. Mengesampingkannya saya pikir itu adalah kesalahan," sambungnya.
Park tidak berpikir bahwa senjata biologis adalah tujuan dalam kasus ini, sementara Weber menunjukkan bahwa itu mustahil untuk diketahui.
"Itulah keindahan senjata biologis," kata mantan penasihat Obama itu.
"Mereka dapat menyembunyikannya di dalam sektor bioteknologi yang sah. Dunia mungkin tidak mengetahui apa yang Korea Utara gunakan dalam penelitian Covid-19-nya sampai terlambat," katanya.
Terkait Korea Utara dalam pengembangan senjata biologis, menurut pembelot Korea Utara dan analisis intelijen AS, Republik Demokratik Rakyat Korea telah melakukan operasi bio-senjata sejak 1960-an.
Pada awal 1993, intelijen Rusia melaporkan bahwa Korea Utara sedang melakukan penelitian militer dengan antraks, kolera, wabah pes dan cacar.
Baca Juga: Manfaat Luar Biasa dari Daun Salam, Atasi Ketombe Hingga Jantung Sehat
Pada tahun 2002, mantan penasihat keamanan nasional Trump, John Bolton, yang saat itu menjabat sebagai wakil negara untuk kontrol senjata dan keamanan internasional, mengatakan "pemerintah AS percaya bahwa Korea Utara memiliki salah satu program bioweapon ofensif paling kuat di Bumi."
Kemudian sekitar 2010, ketika Weber menjabat sebagai kepala bioweapons AS untuk Presiden Barack Obama, ia mengatakan intelijen baru mengkonfirmasi betapa canggihnya program Korea Utara itu.
”dan juga, seberapa rentan pasukan kita dan penduduk Korea Selatan terhadap serangan senjata biologi rahasia," katanya.
"Keresahan kami terhadap respons hanya mengiklankan kepada dunia betapa rentannya kita terhadap serangan biologis," ungkap Weber.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari.Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari