Penulis
Waspadai Star Syndrome, Justru Bisa Serang Anak Usia Sekolah
Intisari-online.com -Star syndrome mungkin baru dikenal ketika internet dan media sosial mulai menjamur.
Banyak muncul artis dadakan yang berawal dari akun instagram dengan jumlah followers yang banyak.
Dikenal dengan nama lain panjat sosial atau 'pansos', jerat star syndrome rupanya bisa muncul kapan saja dan dari mana saja.
Bahkan, dari keseharian Anda sehari-hari bisa memunculkan penyakit psikologis ini.
Melansirmilleniumpost.in, star syndrome atau bisa juga disebut 'the I-want-to-be-famous-syndrome' adalah sebuah penyakit psikologis yang muncul bahkan saat kita masih berada di sekolah.
Dimulai dari hal sederhana semisal ingin menjadi siswa terpintar di kelas, atau memenangkan kompetisi debat dalam sekolah.
Tujuannya hanyalah agar kita menjadi penting di sekolah kita, atau agar orang lain melihat kita penting.
Dengan itu guru-guru dapat mengenal kita lebih baik dan juga dianggap lebih baik dari teman-teman lainnya.
Akhirnya, timbullah pola mengejar kesempurnaan yang masih dikejar ketika masuk universitas.
Keseluruhan ide ini adalah agar kita mendapat perhatian.
Perhatian pun bisa demi mendapatkan perhatian dari orang tua, banyak anak kecil yang berusaha mati-matian berkompetisi agar mendapat penghargaan dari orang tua mereka.
Hal tersebut mungkin juga berasal karena orang dewasa pun merasakan tekanan agar mendapat perhatian.
Dalam masyarakat ataupun dalam bidang pekerjaan, kita mencoba sangat keras agar diperhatikan.
Beberapa dari kita mencoba mencapai sesuatu di usia muda untuk menggebrak politik atau agar dikenali dalam lingkaran orang-orang politik.
Singkatnya, moto menjadi lebih baik dari orang lain adalah moto yang menjadikan adanya star syndrome.
Namun, kebanyakan orang menyerah dengan hal ini saat mereka sudah berumur 40 tahun ke atas.
Baca Juga: Manfaat Luar Biasa dari Daun Salam, Atasi Ketombe Hingga Jantung Sehat
Saat itu mereka sudah berpikir sudah cukup sulit menjadi yang paling unggul, sehingga lebih mudah untuk cukup keluar dari persaingan itu.
Bagi banyak orang, ambisi berhubungan langsung dengan menjadi kaya.
Mereka ingin menjadi kaya raya agar mereka dapat menjadi terkenal.
Namun, masih banyak orang yang lebih memilih menjadi populer daripada menjadi kaya, hal tersebut adalah kecenderungan yang sudah turun-temurun.
Bedanya, untuk saat ini, di era media sosial, hasrat untuk menjadi populer dengan mudah menjerat dan menjebak siapa saja.
Bukan hanya artis yang terus-terusan mempertahankan kepopulerannya, tetapi bahkan desainer, atau bahkan ibu rumah tangga ingin sepicis perhatian.
Mereka ingin berada dalam bingkai yang sama dengan aktor dan aktris papan atas sembari berpose untuk halaman depan suatu majalah.
Saat ini, banyak orang mulai tidak sabar, mereka tidak sabar untuk mencapai suatu karya agar mendapat perhatian.
Baca Juga: Akankah Israel 'Mempertahankan Gelarnya' dan Tetap Menjadi Militer yang Buas tanpa Senjata Nuklir?
Di era saat ini, yang paling penting adalah sosok itu sendiri daripada apa yang ia kerjakan.
Sistem tersebut dinamakan 'self branding'.
Percayalah, banyak orang-orang memiliki agen manajer dan agen humas.
Kini, sangat mungkin bagi ibu rumah tangga untuk memiliki nama merk barang-barang rumah tangga.
Peraturannya mudah, jika Anda punya uang untuk dihabiskan, tidak penting untuk apa Anda habiskan uang tersebut.
Humas Anda akan membuatkan Anda profil yang membuat Anda terdengar seperti orang yang telah mencapai apapun di dunia ini.
Dengan sekali klik, Anda bisa menjadi model bahkan walaupun Anda tidak pernah menghadiri acara peragaan busana dalam hidup nda.
Anda juga bisa mendapat profesi 'kekinian' seperti 'instruktur yoga' bahkan walau yang Anda ketahui tentang itu hanyalah sangat sedikit.
Ironisnya, Anda bisa mendapatkan pencapaian seumur hidup bahkan walaupun Anda sama sekali belum pernah bekerja.
Begitulah media sosial bekerja, banyak kenyataan yang bisa dibuat dan difabrikasi.
Oleh sebab itu, tidak heran melihat saat ini banyak orang terkenal dan terlihat sukses meskipun ia sebenarnya adalah seorang selebriti yang gagal.
Mereka bisa perbaiki karir mereka dengan pekerjakan humas dan manajer yang benar.
Baca Juga: Manfaat Daun Ketumbar untuk Meringankan Batu Ginjal, Kembali ke Alam!
Mereka juga bisa membayar publisis untuk terbitkan berita baik tentang mereka, atau sekalian saja membuat sensasi tentang hidup mereka agar selalu mendapat sorotan dari media.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini