Penulis
Intisari-online.com -Hampir semua pesawat militer memiliki senjata pemusnah yang menakutkan.
Tak jarang mereka juga dilengkapi dengan rudal nuklir untuk dijatuhkan di area tertentu.
Namun, ternyata tidak semua pesawat mematikan harus dilengkapi senjata menakutkan macam rudal balistik.
Misalnya pesawat E-6 Mercury ini, pesawat ini bahkan dijuluki pesawat kiamat, padahal tidak membawa satupun senjata.
Uniknya pesawat ini justru sanggup membunuh milyaran manusia.
Lantas, bagaimana cara kerja pesawat ini sehingga dianggap sangat berbahaya hingga dijuluki pesawat kiamat.
Begini kisahnya!
E-6 Mercury adalah milik angkatan udara AS yang didasarkan pada pesawat 707.
Pesawat ini memang tidak membawa senjata sendiri namun tugasnya sangat mematikan dan konon menjadi pesawat paling menakutkan di bumi.
Meskipun tidak membawa senjatanya sendiri, tapi memiliki daya tembak lebih banyak dari pesawat lain di dunia ini.
Maksudnya adalah, pesawat ini hanya berfungsi sebagai mata-mata.
Tugasnya adalah untuk memerintahkan peluncuran rudal balistik nuklir berbasis darat dan laut.
Dengan kata lain ketika terjadi perang pesawat ini meuncul, berarti menjadi penanda akan ada tembakan mengerikan terjadi.
Tujuan utama E-6 adalah untuk menjaga hubungan komunikasi antara otoritas komando nasional AS dengan presiden dan menteri pertahanan AS.
Serta pasukan nuklir AS.
Itu berarti, AS dapat meluncurkan serangan nuklir dasyatmeski ketika pusat komando daratnya dihancurkan atau tidak berfungsi karena serangan musuh.
Pakar militer, Sebastia Roblin menulis bahwa misi dasar E-6 dikenal sebagai Take Charge and Move Out atau TACAMO.
Sebelum pengembangan E-6, misi TACAMO dilakukan oleh pemancar berbasis darat, dan kemudian pesawat EC-130G dan Q Hercules.
Militer AS memiliki Pusat Operasi Global strategis berbasis di Nebraska, serta pemancar darat untuk berkomunikasi dengan triad nuklir.
Pertama kali diperkenalkan tahun 1989 dan 1992, E-6 adalah yang terakhir dibangun dalam garis panjang varian militer dari pesawat Boeing 707.
Untuk menggunakan radio Frekuensi Sangat Rendahnya, E-6 harus terbang dalam orbit kontinu di ketinggian dengan pesawatnya dan radio VLF yang dipasang ekor mengikuti antena kawat sepanjang satu dan lima mil pada ketinggian hampir vertikal.
Baca Juga: Covid Hari Ini 27 Juli 2020: Bertambah 1.525, Kasus Virus Corona di Indonesia Lewati 100.000
Platform pesawat ini akan beroperasi hingga 2040, berkat program perpanjangan masa pakai serta beberapa adaptasi pada sistem radionya.
Sebastien menulis, "Sementara Merkurius telah menunjukkan kegunaannya sebagai pusat komunikasi udara untuk mendukung pasukan di lapangan, pos komando udara akan dianggap sukses jika tidak harus menjalankan misi utamanya.
"Inti dari pencegahan nuklir, bagaimanapun, adalah meyakinkan musuh potensial bahwa tidak ada serangan pertama yang memadai untuk mencegah serangan balasan yang menghancurkan," jelasnya.
Dia menambahkan, "E-6 adalah komponen vital dalam membuat ancaman menjadi kredibel."
Afif Khoirul M