Dalam artikel tahun 2015 yang dipublikasikan di Open Journal of Social Sciences, peneliti menyebutkan watta satta cenderung terarah kepada kekerasan fisik dan emosional kepada wanita.
"Pernikahan bertukar pengantin sediakan keamanan untuk kedua keluarga, tapi kebanyakan berujung menjadi pedang dua sisi.
"Pasalnya, suami yang melakukan kekerasan kepada istrinya dapat menyebabkan suami adiknya melakukan hal yang sama terhadap istrinya," tulis peneliti itu.
"Tanggapan wanita terhadap kekerasan itu biasanya terbatas karena dukungan dan kapasitas ekonomi yang lebih rendah, kekhawatiran terhadap anak mereka, kurangnya pendidikan dan dukungan keluarga serta teman-temannya."
Tahun 2019, Human Rights Watch laporkan jika pemerkosaan dan pembunuhan 'terhormat', serangan asam, kekerasan lokal dan pernikahan paksaan bagi wanita menjadi masalah di Pakistan.
Negara itu mencatat 1000 pembunuhan tiap tahunnya.
Menurut laporan polisi, ada 132 wanita dibunuh di Sindh dari Januari 2019 sampai Januari tahun ini.
Wanita hanyalah properti