Penulis
Intisari-Online.com -Ketika Israel kehilangan 11 atletnya yang terbunuh pada Olimpiade Munich 1972 oleh pejuang Palestina yang menamakan diri Black September, serangan balas dendam pun segera digelar.
Untuk melaksanakan misi balas dendam dengan target membunuh semua pelaku yang dicurigai sebagai anggota atau pendukung Black September, Israel membentuk tim khusus, Komite X.
Tim yang operasi dan izin membunuhnya disahkan oleh Perdana Menteri Israel, Golda Meir, saat itu dikendalikan oleh Menteri Pertahanan Israel, Mosye Dayan.
Tim ini juga didukung oleh pakar masalah terorisme, Jenderal Aharon Yarif.
Para personel Kidon terdiri dari agen-agen Mossad pilihan yang jumlahnya tidak terlalu banyak sekitar 15 orang saja.
Unit Kidon kemudian dibagi ke beberapa bagian kelompok sesuai target yang sedang diincar baik yang berada di kawasan Palestina maupun negara-negara lainnya.
Setiap regu yang bergerak minimal terdiri dari dua pembunuh profesional.
Dua orang membayangi dua rekan pembunuhnya itu, dan dua orang lainnya menyiapkan fasilitas operasional seperti hotel, apartemen, mobil, dan lainnya.
Guna menghabisi sasaran yang diincar, unit Kidon melakukan segala cara, mulai dari memberondong korbannya hingga tewas, memasang bom mobil, memasang bom dalam kamar hotel, menaruh bom khusus di gagang telepon, dan lain sebagainya.
Tak hanya soal rencana menghabisi korban yang ditangani unit Kidon, saat operasi sudah berlangsung, sudah ada tim lain yang menyiapkan jalan untuk melarikan diri.
Tim yang terdiri lebih dari lima orang itu biasanya juga bertugas membuntuti target dan persiapan operasi lainnya.
Semua kerja tim masih didukung oleh regu yang bekerja secara khusus, yakni regu yang menangani masalah komunikasi.
Ketika unit Kidon mulai melancarkan operasi balas dendam yang juga dikenal sebagai Operasi Murka Tuhan (Operation Wrath of God) , Black September juga tak tinggal diam.
Kelompok teroris Black September sendiri saat itu tak hanya menyerang sasaran orang-orang penting Israel tapi juga warga Yordania.
Bagi Black September, Yordania turut menjadi sasaran serangan akibat terusirnya pengungsi dan gerilyawan PLO dengan kekerasan oleh pemerintah Yordania pada tahun 1970.
Kekecewaan akibat diusir itu membuat beberapa tokoh PLO membuat gerakan perlawanan Black September.
Selain telah sukses melancarkan serangan di Olimpiade Munich, Black September juga berhasil membunuh Perdana Menteri Yordania Wasfi Tell sewaktu berkunjung ke Kairo (1971).
Perdana Menteri Israel, Golda Meir bahkan merupakan salah satu sasaran utama yang selalu diincar oleh Black September.
Tapi Golda Meir ternyata selalu lolos dari upaya pembunuhan.
Namun demikian Mossad melalui unit Kidon merasa harus adu cepat untuk bisa membereskan para anggota Black September sehingga kelompok teroris ini tak berkutik lagi.
Korban yang menjadi sasaran unit Kidon pun mulai berjatuhan. Pada 16 Oktober 1972, tokoh Palestina Abdel Wael Zwaiter, wakil PLO di Roma, Italia, ditembak mati sebanyak 12 kali di apartemennya.
Pembunuhan yang dilaksanakan oleh tim Mossad pada siang hari itu berhasil dilakukan tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.
Tanggal 8 Desember 1972, Unit Kidon yang beroperasi di Perancis, berhasil menghabisi tokoh yang diyakini sebagai pemimpin Black September di Perancis, Hamshari.
Sebelum dibunuh, Dr Mahmoud Hamshari dipancing agar mau keluar dari apartemennya.
Setelah keluar dari apartemennya, agen Mossad menaruh bom di bawah meja telepon.
Begitu Hamshari masuk kamar hotel, agen Mossad lainnya yang menyamar sebagai jurnalis menelepon Hamshari.
Ledakan bom Mossad tak langsung membunuh Hamshari. Wakil PLO itu meninggal setelah sebulan dirawat di rumah sakit dan mengetahui bahwa pelakunya adalah Mossad.
Tanggal 24 Januari 1973, Hussein Al Bashir wakil gerilyawan Fatah di Cyprus, tewas setelah bom yang diletakkan Mossad di bawah tempat tidurnya meledak.
Beberapa hari kemudian tokoh PLO Basil Al Kubaisiprofesor hukum American University di Beirut yang menjadi tersangka penyuplai senjata dan logistik bagi Black September, dibunuh di rumahnya pada siang bolong.
Modus pembunuhan itu sama dengan operasi pembunuhan Mossad di Roma, yakni korbannya ditembak mati sebanyak 12 kali.
Hingga kini unit Kidon masih menjadi andalan Mossad untuk mengeksekusi para korbannya.
Ciri khas unit Kidon ini adalah lebih suka membunuh targetnya dengan segala cara daripada menangkapnya hidup-hidup.
Jika korban sedang bersama orang-orang tak bersalah yang sebenarnya bukan target unit Kidon, mereka akan tetap disikatnya.
Alasan unit Kidon hanya satu ketika terpaksa membunuh orang-orang tak bersalah itu.
Yakni, orang itu sedang bernasib sial karena kebetulan berada di tempat dan waktu yang salah.
Agustinus Winardi