'Katakan Tidak untuk Putin' Serta Stiker Anti-Putin di Seluruh Kota Moskow, Apakah Presiden Rusia Tersebut Akan Digulingkan?

May N

Penulis

Intisari-online.com -Rusia tengah berada dalam suasana pemilihan pemimpin negara itu selanjutnya.

Rabu 1 Juli 2020, diadakan voting di seluruh Rusia terkait apakah Putin bisa melanjutkan pemerintahannya.

Dikutip dari CNN, referendum nasional akan tentukan apakah Rusia akan menerima amandemen konsitusional yang perbolehkan Putin menjadi presiden lagi selama 2 periode.

Jika amandemen tersebut disetujui, maka ia akan memperpanjang masa kuasanya sampai 2036 nanti.

Baca Juga: Viral Kisah Pilu TKW di Arab 18 Tahun Tak Pulang, Hidupnya Nelangsa di Negeri Orang, Gaji Hanya Separo hingga Tak Diberi Makan Sebelum Pingsan

Sekilas, semua sepertinya berjalan sesuai rencana bagi Kremlin.

Maret lalu, Valentina Tereshkova, polisi militer Rusia dari partai penguasa United Russia menyebut sesi parlemen yang bak drama untuk amandemen konstitusional tersebut.

Masa menjabat Putin akan resmi berakhir pada tahun 2024, dan dengan amandemen konstitusional dia akan dapat memimpin 12 tahun lagi atau 2 periode sampai 2036.

Itu adalah gerakan yang sarat dengan simbolisme patriotik: Tereshkova, mantan kosmonaut dan wanita pertama yang terbang di luar angkasa, adalah satu-satunya koneksi yang masih hidup yang bisa ceritakan pencapaian Soviet zaman dahulu.

Baca Juga: Ingin Dapatkan Token Listrik Gratis Hingga September 2020? Begini Langkah-langkah yang Harus Anda Lakukan

Putin muncul di gedung parlemen satu setengah jam dari dimulainya voting tersebut untuk menyerahkan proposalnya.

Selanjutnya, proposal tersebut diteruskan ke dua institusi pemerintah dan pengadilan konstitusi Rusia.

Namun, rencana untuk diterima atau tidaknya referendum dari amandemen konstitusi pada 22 April ditunda di tengah pandemi virus Corona.

Kemudian, pemungutan suara yang sudah dijadwal ulang sekarang dilakukan.

Baca Juga: Obat Penurun Panas pada Anak Kapan dan Bagaimana Pemberiannya

Referendum ini memiliki makna lebih dalam daripada membatasi masa jabatan Putin semata.

Voting juga menjadi referendum sistem yang telah dibangun selama 20 tahun Putin menjabat.

Banyak pengamat Rusia mencatat, sistem 'kekuasaan vertikal' Putin menjadikannya wasit terakhir di antara para golongan elit.

Sehingga mereka semua bergantung kepada Putin tetap memegang kendali penuh.

Baca Juga: Sangat Mahal, Disebut Bisa Sebuhkan Pasien Covid-19, Obat Remdesivir Dihargai Rp45 Juta, Bisakah untuk 10 Juta Pasien di Seluruh Dunia?

Tahun 2020 ini, Rusia sudah bukan dalam bentuk negara diktator yang klasik.

Pasalnya, Putin bergantung pada pemilihan umum untuk mendapatkan izin sah berkuasa.

Untuk memastikan hal itu, politik Rusia masih kurang fungsi check and balances.

Hal ini disebbabkan karena parlemen dipenuhi dengan para loyalis dan apa yang disebut warga Rusia sebagai oposisi lemah.

Baca Juga: Lagi-lagi China Terungkap Bikin Ekperimen Gila, Monyet Hatinya Dicangkok dengan Hati Babi, Hasilnya Mengejutkan Inilah yang Terjadi pada Si Monyet

Putin memiliki wewenang penuh untuk memberi pekerjaan atau memecat pemimpin regional, dan pengadilan sering mengikuti kuasa eksekutif.

Namun masih ada kesempatan Putin untuk lengser karena ia harus mengikuti arahan hukum di negaranya.

Lagipula, ia pernah tinggalkan kantornya untuk Dmitry Medvedev selama 4 tahun meskipun saat itu ia menjadi kekuatan 'di balik layar' meski presiden baru mengubah konstitusi Rusia.

Hasil perubahan itu adalah instruksi yang berjalan sekarang: Medvevev kenalkan pembentukan konstitusional yang tingkatkan masa jabatan presiden dari 4 tahun menjadi 6 tahun, dan perbolehkan Putin untuk berkuasa lagi.

Baca Juga: Inilah Ziona Chana Pria dengan 39 Istri dan 94 Anak, Meski Sudah Punya Banyak Istri dan Anak Ternyata Keluarganya Hidup Akur, Bahkan Masih Mau Nambah Lagi

Namun tuduhan penyuapan voting yang meluas dalam pemilihan parlemen tahun 2011 telah ciptakan protestan pro-demokrasi yang mengkhawatirkan Kremlin.

Apakah referendum Rabu ini menjadi tantangan yang sama bagi Putin atau celah bagi demokrasi yang sesungguhnya di Rusia?

Masih sulit untuk memprediksinya, tetapi anggota partai oposisi di negara tersebut telah tingkatkan pertanyaan mengenai beberapa hal yang tidak biasa dan merusak di referendum.

Referendum sendiri telah membuka voting lebih awal sejak minggu lalu, tindakan yang dilakukan oleh petugas pemilihan umum sebagai pencegahan virus Corona untuk tetap menjaga kesehatan para warga.

Baca Juga: Pantas Semakin Menjadi-jadi, Ternyata Tipe Pasien Covid-19 Seperti Ini yang Paling Sulit Diatasi, '10 Kali LebihBerbahaya daripada Pasien Lainnya'

Warga Rusia telah pampangkan referensi pilihan mereka di media sosial, menuliskan NYET (tidak) dalam profil mereka.

Warga yang tinggal di Moskow dan kota besar lainnya menempelkan stiker anti-Putin di dekat poster pro-amandemen.

Lainnya telah sebarkan info jika salinan konstitusi baru-baru ini dijual di toko buku, termasuk dengan amandemen yang baru.

Hal itu timbulkan kericuhan di Rusia terutama di media sosial.

Baca Juga: Masih Anget-angetnya Jadi Pengantin Baru, Wanita Ini Ditinggal Suaminya 6 Minggu Setelah Menikah, Kebenarannya Baru Terungkap 70 Tahun Kemudian

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait