Ada Jenglot Dalam Tas Pembakar Mobil Via Vallen: Ternyata Semakin 'Amburadul' Jenglot, Semakin Mahal Harganya, Bisa Capai Rp200 Juta!

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com - Polisi berhasilmengamankan sejumlah barang bukti dari seorang pria terduga pelaku pembakar mobil Via Vallen padaSelasa (30/6/2020)dini hari.

Menariknya, tak hanya korek api dan botol air mineral yang masih beraroma cairan bahan bakar yang ditemukan dalam terduga pelaku.

Polisi menemukanbarang-barang perdukunan.

Barang-barang perdukunan yang dimaksud yakni boneka kecil menyerupai jenglot, dan bambu berwarna kuning berukuran sekian sentimeter.

Baca Juga: Ngeri, Jika Tak Izinkan Anaknya Kembali ke Sekolah di Tengah Pandemi Covid-19, Orangtua Akan Terima Denda Sebesar Rp44 Juta dan Hukuman Penjara

Tentu saja penemuan jenglot langsung menyita perhatian.

Bahkan beberapa netizen masih tak menyangka ada orang yang percaya soal makhluk mistis tersebut.

Hanya saja, faktanya orang Indonesia masih menyukai berbicara tentang hal-hal gaib dan menyeramkan.

Jenglot, babi ngepet, atau tuyul hingga sekarang masih menjadi cerita menarik buat masyarakat Indonesia.

Khususnya di Jawa, tempat lahirnya cerita-cerita mistis tentang makhluk-makhluk gaib itu.

Baca Juga: Pelaku yang Diduga Bakar Mobil Via Vallen Bawa Jenglot: Intip Asal-usul Makhluk 'Mistis' Jenglot yang Diklaim Haus Darah Satu Tetes Tiap Hari

Karena penasaran dengan bisnis jual-beli jenglot itu, saya pernah berburu informasi hingga ke Cirebon untuk mencari tahu seluk beluk makhluk gaib itu.

Di sana, saya memperoleh penjelasan seorang narasumber yang merupakan salah satu abdi dalem Keraton Kasepuhan Cirebon.

Menurut dia, harga seekor jenglot yang berusia sangat tua bisa mencapai kisaran ratusan juta rupiah!

Menurut cerita dia, pernah ada jenglot yang dihargai hingga Rp200 juta, pembelinya seorang jutawan dari Kalimantan.

Sampai sekarang rekor itu belum tertandingi.

Mungkin saja setelah tulisan ini diterbitkan, nilai jualnya menjadi lebih mahal lagi.

Kenapa bisa semahal itu harga sesosok jenglot yang bentuknya amburadul, dengan rambut acak-acakan dan kulit tubuhnya sudah keriput put — tidak seperti kulit bintang iklan sabun kecantikan?

“Justru yang kaya gitu yang mahal harganya,” kata si abdi dalem.

Menurut cerita rakyat di sana, jenglot berasal berasal dari sosok orang sakti mandraguna yang telah meninggal dunia.

Karena pengaruh ilmu kesaktian yang dinamai Betara Karang, jasad orang sakti itu tidak akan rusak dimakan bakteri pengurai bangkai.

Baca Juga: Atas Tuduhan 'Pembunuhan dan Terorisme', Iran Keluarkan Surat Perintah Penangkapan untuk Trump Atas Kematian Soleimani, Bahkan Minta Bantuan Interpol!

Jasad itu hanya menyusut seiring waktu.

Semakin kecil jasadnya, jenglot diyakini makin sakti dan otomatis makin tinggi pula harga jualnya.

Jenglot seperti itu diyakini bisa membuat pemiliknya cepat kaya.

Di Kota Udang itu daya tarik jenglot sampai melampaui daya tarik pemilihan kepala daerah.

Sedemikian hebohnya urusan jenglot, seorang warga pernah melakukan penipuan dengan membuat jenglot palsu dari adonan tepung roti yang dibentuk menyerupai jenglot, lengkap dengan rambut dan taring menyeringai serta mata yang bisa mengeluarkan sinar merah.

Tujuannya bukan untuk dijual, tapi untuk menarik pengunjung.

Setiap pengunjung diharuskan membayar tiket masuk seharga beberapa ribu rupiah.

Mereka ditipu oleh promosi gencar yang dilakukan oleh “iven ogenaiser” bahwa jenglot yang satu ini matanya bisa mengeluarkan sinar.

Kehebohan ini sampai mengundang polisi untuk turun tangan memeriksa. Setelah jenglot itu diperiksa, ternyata yang dikatakan sebagai mata jenglot itu hanya sepasang lampu LED berkelir merah.Alamak!

Cerita tentang tuyul juga tak berbeda jauh.

Makhluk berwujud anak kecil berperawakan mini berkepala plontos ini banyak dipelihara orang juga demi kekayaan.

Baca Juga: Lagi-lagi dari China, Setelah Virus Corona yang Diduga dari Kelelawar, Kini Ada Virus Flu Baru yang Dibawa oleh Babi, Ilmuwan: Berpotensi Jadi Pandemi!

Agar bisa menjalankan tugasnya mengumpulkan uang secara supranatural, tuyul butuh makan atau bahasasononyadisebut sesajen.

Mau tidak mau si empunya wajib memenuhi selera makanan atau minuman favorit kesukaan piaraannya.

Konon para makhluk gaib punya selera yang berbeda. Tuyul suka minum susu.

Jenglot lebih menyeramkan, konon ia suka minum darah manusia.Walah!

Kita tentu saja bebas untuk percaya atau tidak dengan keberadaraan makhluk-makhluk supranatural ini.

Sekalipun saat ini sudah zaman teknologi layar sentuh, fakta mengatakan, kepercayaan ini masih hidup di masyarakat.

Cerita tentang babi ngepet, tuyul, jenglot dan sejenisnya masih banyak beredar.

Mudah-mudahan dengan masuknya internet ke pelosok pedesaan, masyarakat bisa semakin pandai dan lebih tertarik membuka Google untuk bertanya tentang cara bertani atau beternak ikan lele daripada sekadar menonton jenglot.

(Anton –IntisariDesember 2011)

Baca Juga: Sudah Infeksi 10 Juta Orang dan Ada Setengah Juta Kematian, WHO: Kondisi Terburuk Pandemi Virus Corona Belum Terjadi

Artikel Terkait